AS Mundur, PTBA Jajaki Proyek Baru Bareng China

Indonesia terus berupaya mengembangkan hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai alternatif bahan bakar. Setelah mundurnya perusahaan asal Amerika Serikat, Air Products, dari proyek ini, kini muncul harapan baru dari investor asal Tiongkok.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengonfirmasi bahwa ada perusahaan asal Tiongkok yang tertarik untuk melanjutkan proyek hilirisasi batu bara menjadi DME. Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, menyatakan bahwa saat ini hanya perusahaan dari Negeri Tirai Bambu tersebut yang secara aktif menunjukkan minatnya.

Sejak Air Products mengundurkan diri dari rencana investasi proyek DME di Indonesia pada awal 2023, PTBA terus menjajaki berbagai kemungkinan dengan calon investor lain, termasuk dari Tiongkok. Salah satu perusahaan yang menunjukkan ketertarikan adalah East China Engineering Science and Technology Co. (ECEC).

Kenapa Harga DME Lokal Lebih Mahal dari Perkiraan?

Arsal menjelaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa perusahaan Tiongkok, termasuk CNCEC dan CCESCC. Dari sekian banyak calon mitra, ECEC menjadi yang paling serius menyatakan minatnya untuk menjadi investor dalam proyek ini.

Namun, ada tantangan keekonomian yang perlu diatasi dalam menggarap proyek DME di dalam negeri. Arsal memperkirakan bahwa harga DME yang dihasilkan di Indonesia bisa mencapai US$ 911-987 per ton. Angka ini jauh lebih tinggi dari asumsi pemerintah yang sebesar US$ 617 per ton.

Perbedaan harga yang signifikan ini, mencapai sekitar US$ 300 per ton, berpotensi memperbesar nilai subsidi yang harus ditanggung oleh pemerintah. Hal ini menjadi perhatian utama dalam keberlanjutan proyek DME.

Apa Saja Tantangan dalam Proyek Hilirisasi DME?

Salah satu poin penting dalam proposal yang diajukan oleh ECEC adalah biaya pemrosesan atau processing service fee (PSF) sebesar US$ 412-488 per ton. Biaya ini menjadi salah satu faktor yang memengaruhi harga akhir DME.

Arsal menyampaikan informasi ini dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI. Ia menekankan pentingnya mencari solusi untuk mengatasi tantangan keekonomian agar proyek DME dapat berjalan dengan sukses dan memberikan manfaat bagi negara.

Proyek hilirisasi batu bara menjadi DME diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor LPG dan meningkatkan ketahanan energi nasional. Namun, keberhasilan proyek ini sangat bergantung pada kemampuan untuk menekan biaya produksi dan mencapai harga yang kompetitif.

Bagaimana Prospek Kerja Sama dengan Investor Tiongkok?

Kerja sama dengan investor Tiongkok dalam proyek DME ini membuka peluang baru bagi pengembangan industri hilirisasi batu bara di Indonesia. Namun, perlu adanya negosiasi yang cermat dan transparan untuk memastikan bahwa proyek ini memberikan keuntungan yang optimal bagi kedua belah pihak.

Pemerintah Indonesia perlu memberikan dukungan yang memadai, termasuk insentif dan regulasi yang kondusif, untuk menarik minat investor dan mempercepat realisasi proyek DME. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan aspek lingkungan dan sosial dalam pengembangan proyek ini.

Dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, PTBA, dan investor Tiongkok, diharapkan proyek hilirisasi batu bara menjadi DME dapat segera terwujud dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia.

More From Author

TBSM: Solusi Cerdas untuk Masa Depan Cerah!

TBSM: Solusi Cerdas untuk Masa Depan Cerah!

Profil Sarmo, Pembunuh Berantai Asal Wonogiri yang Divonis Mati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *