Perumda Dharma Jaya, perusahaan daerah yang bergerak di bidang pangan, mengambil langkah besar dengan mengimpor sapi dari Australia. Langkah ini bukan sekadar bisnis, tapi juga upaya penting untuk memperkuat pasokan pangan di Jakarta.

Menurut Direktur Utama Perumda Dharma Jaya, Raditya Endra Budiman, impor ini adalah strategi untuk memperluas jaringan bisnis perusahaan sekaligus meningkatkan pendapatan. Lebih dari itu, impor sapi ini diharapkan bisa membantu mendistribusikan pangan secara lebih merata di seluruh wilayah Jakarta.

Sapi Australia dipilih karena keunggulan genetiknya yang mendukung produktivitas dan efisiensi pemeliharaan. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Plt Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretariat Daerah, Suharini Eliawati, menegaskan komitmennya untuk memperkuat ketahanan pangan melalui BUMD pangan seperti Perumda Dharma Jaya.

Raditya menjelaskan bahwa pihaknya telah mengantongi izin impor dari pemerintah sebanyak 5.000 ekor sapi bakalan atau sapi potong untuk tahun 2025. Impor tahap pertama ini merupakan wujud dukungan terhadap program pemerintah provinsi dalam menjaga ketahanan dan stabilitas pangan.

Impor ini bukan hanya soal ketersediaan daging, tapi juga tentang menjaga harga tetap stabil di pasaran. Dengan pasokan yang cukup, diharapkan harga daging di Jakarta bisa lebih terkendali.

“Untuk tahap pertama, kita impor 500 ekor sapi hidup dari Australia. Tahap kedua akan dilakukan pada bulan Juni. Target kita tahun 2025 ini adalah mengimpor 5.000 ekor sapi dari Australia,” ujar Raditya.

Kenapa Harus Impor Sapi dari Australia?

Daging sapi Australia diyakini sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan protein hewani warga Jakarta sehari-hari. Selain itu, impor ini juga menjadi solusi cepat untuk memenuhi kebutuhan daging, terutama menjelang hari-hari besar seperti Idul Adha.

Meskipun impor menjadi solusi jangka pendek, Raditya menegaskan bahwa sapi lokal tetap memiliki peran penting dalam sistem peternakan nasional. Pengembangan peternakan lokal terus didorong agar mampu bersaing di pasar domestik maupun global.

Perumda Dharma Jaya tidak hanya mengandalkan impor. Mereka juga tetap menjalin kerja sama dengan daerah-daerah penghasil ternak di Indonesia, seperti Blora dan wilayah Jawa Timur. Kemitraan ini penting untuk menjaga keberlangsungan pasokan daging dari dalam negeri.

Saat ini, 500 ekor sapi impor sudah tiba di RPH Serang untuk menjalani proses penggemukan selama tiga bulan. Proses ini penting untuk memastikan kualitas daging sapi sebelum didistribusikan ke masyarakat.

Apakah Impor Sapi Aman untuk Peternak Lokal?

Raditya menilai bahwa impor sapi dari Australia cukup efektif dalam menjaga pasokan protein hewani bagi masyarakat Jakarta, terutama menjelang momentum Hari Raya Idul Adha. Dengan pasokan yang aman, masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan daging saat perayaan.

“Saat ini baru dari Australia. Negara lain memang potensial, tapi butuh penjajakan dan kajian, terutama soal ongkos kirim dan waktu tempuh,” ungkapnya. Pertimbangan logistik menjadi faktor penting dalam memilih negara asal impor.

Bagaimana Pemerintah Menjamin Kualitas dan Harga Daging?

Suharini Eliawati menambahkan, “Kalau stok aman, harga terkendali, dan tentunya kualitas pun kita jaga. Ini yang terus kita dorong di seluruh rantai pasok pangan Jakarta.” Pemerintah berkomitmen untuk memastikan masyarakat mendapatkan daging berkualitas dengan harga yang terjangkau.

Dengan langkah impor ini, Perumda Dharma Jaya berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam menjaga ketahanan pangan dan stabilitas harga di Jakarta. Upaya ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui ketersediaan pangan yang terjamin.