Politik Rumania kembali bergejolak setelah Perdana Menteri Marcel Ciolacu mengumumkan pengunduran dirinya. Keputusan ini diambil setelah kandidat dari koalisi pemerintah yang dipimpinnya gagal meraih hasil memuaskan dalam putaran pertama pemilihan presiden.
Pengunduran diri Ciolacu secara otomatis membubarkan koalisi pro-Barat yang selama ini berkuasa. Meski begitu, para menteri kabinet akan tetap menjabat sementara hingga terbentuk mayoritas baru setelah putaran kedua pemilu.
Dalam pemungutan suara sebelumnya, George Simion dari partai Aliansi untuk Persatuan Rumania (AUR) meraih suara signifikan, jauh mengungguli kandidat lainnya. Sementara itu, kandidat dari koalisi pemerintah hanya menempati posisi ketiga.
Apa Dampak Jika Kandidat Pro-Rusia Menang?
Kemenangan Simion dikhawatirkan akan membawa Rumania ke arah yang berbeda. Rumania, yang selama ini menjadi mitra penting NATO dalam mendukung Ukraina, berpotensi mengalami isolasi diplomatik. Selain itu, investasi swasta juga bisa menurun, dan stabilitas kawasan timur NATO terancam.
Simion akan menghadapi Wali Kota Bucharest, Nicusor Dan, seorang kandidat independen berhaluan tengah, dalam putaran kedua. Saat ini, Rumania berada di bawah pemerintahan dan kepresidenan sementara, yang tidak dapat mengeluarkan kebijakan baru.
Negara ini juga tengah menghadapi defisit anggaran yang besar dan berisiko kehilangan peringkat investasi jika tidak segera melakukan koreksi fiskal yang tegas.
Kenapa Pemilu Sebelumnya Dibatalkan?
Pemilu ini merupakan pengulangan dari pemilu sebelumnya yang dibatalkan karena tuduhan campur tangan asing, terutama dari Rusia. Rusia diduga mendukung calon sayap kanan, Calin Georgescu.
Rumania memiliki sistem presidensial semi-eksekutif, di mana presiden memiliki wewenang penting, termasuk memimpin angkatan bersenjata, menunjuk perdana menteri, kepala jaksa, hakim agung, hingga kepala intelijen.
Meskipun partai Ciolacu memenangkan kursi terbanyak dalam pemilu parlemen sebelumnya, kubu sayap kanan, termasuk AUR dan kelompok pro-Rusia lainnya, menguasai lebih dari sepertiga kursi, membentuk kekuatan politik yang signifikan.
Bagaimana Reaksi Uni Eropa Terhadap Situasi Ini?
Masalahnya sekarang bukan hanya Rumania yang berada dalam posisi sulit, tapi juga Uni Eropa jika George Simion menang, kata seorang profesor dari Sekolah Ilmu Politik Nasional Rumania.
Presiden juga memegang hak veto dalam pengambilan suara penting di Uni Eropa serta menjadi ketua Dewan Keamanan Nasional yang menentukan kebijakan bantuan militer.
Hasil pemilu ini menjadi pukulan telak bagi Ciolacu dan koalisinya. Kekhawatiran pun muncul dari pengamat politik dan pelaku pasar.
Georgescu kini telah dilarang mencalonkan diri kembali, namun Simion mengatakan ia mempertimbangkan untuk menunjuk Georgescu sebagai perdana menteri jika menang.
Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) menilai pemilu kali ini diselenggarakan dengan efisien, namun menyoroti lemahnya transparansi dalam proses administrasi, inkonsistensi pengawasan kampanye daring, serta aturan pencalonan yang terfragmentasi.
Terkait dugaan intervensi asing, OSCE menyatakan hal tersebut adalah ranah otoritas nasional untuk menyelidikinya lebih lanjut.