PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sedang berupaya keras untuk mengembangkan program hilirisasi batu bara di Indonesia. Namun, untuk mewujudkan ambisi ini, mereka membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Komisi XII DPR RI.
Apa Saja Dukungan yang Dibutuhkan PTBA?
Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, menyampaikan beberapa poin penting yang menjadi perhatian utama perusahaan. Salah satunya adalah percepatan persetujuan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Enim di Sumatera Selatan. KEK ini diharapkan dapat memberikan insentif yang menarik bagi investor dan mempercepat pembangunan proyek hilirisasi.
Selain itu, PTBA juga mengharapkan adanya relaksasi terhadap persyaratan jejak karbon. Arsal menjelaskan bahwa beban biaya manajemen karbon yang tinggi dapat mengurangi daya tarik proyek di mata investor. Hal ini menjadi krusial mengingat tantangan proyek hilirisasi yang masih cukup besar.
Dukungan lain yang dibutuhkan adalah:
- Penyusunan regulasi penurunan tarif royalti 0% untuk program hilirisasi.
- Pemberian insentif fiskal terhadap pembiayaan proyek hilirisasi batu bara.
- Jaminan off taker atau pembeli dari produk hilirisasi batu bara.
- Kepastian hukum atas Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) selama masa proyek.
Arsal menekankan pentingnya kepastian hukum atas IUP dan RKAB untuk menjamin keberlanjutan pasokan bahan baku batu bara bagi investor dan mitra teknologi dalam jangka panjang.
Mengapa Hilirisasi Batu Bara Penting?
Hilirisasi batu bara merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah batu bara dengan mengubahnya menjadi produk lain yang lebih bernilai ekonomis. Hal ini dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada ekspor batu bara mentah dan menciptakan lapangan kerja baru.
Namun, proyek hilirisasi juga memiliki tantangan tersendiri, termasuk biaya investasi yang tinggi dan dampak lingkungan yang perlu dikelola dengan baik. Oleh karena itu, dukungan dari pemerintah dan berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk memastikan keberhasilan proyek ini.
Bagaimana Dampaknya Bagi Investor dan Pemegang Saham?
Arsal Ismail juga menyoroti pentingnya pemberian insentif fiskal dan dukungan lainnya untuk meningkatkan kelayakan finansial proyek. PTBA sebagai perusahaan terbuka memiliki kewajiban untuk memberikan nilai tambah bagi seluruh pemegang saham. Dengan adanya dukungan yang memadai, proyek hilirisasi diharapkan dapat memberikan keuntungan yang signifikan bagi investor dan pemegang saham.
Lebih lanjut, Arsal menambahkan bahwa kajian mendalam lintas pihak diperlukan untuk proyek DME (Dimethyl Ether). Kajian ini melibatkan coal supplier, penyedia teknologi, dan off-taker untuk memastikan proyek memiliki struktur keekonomian yang kuat dan meminimalkan risiko fiskal jangka panjang.
Dengan dukungan yang tepat, hilirisasi batu bara dapat menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat.