RI Temukan Sumber Gas Baru, Tapi Butuh Waktu untuk Siap

Indonesia terus berupaya mencari solusi energi yang lebih mandiri dan efisien. Salah satu langkah yang sedang dijajaki adalah produksi Synthetic Natural Gas (SNG) dari batu bara. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama dengan PT PGN Tbk tengah merencanakan proyek ambisius ini sebagai bagian dari upaya hilirisasi batu bara.

Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, menjelaskan bahwa SNG ini diharapkan menjadi alternatif pengganti Liquefied Natural Gas (LNG) impor. Pemanfaatan batu bara kalori rendah menjadi fokus utama dalam proyek ini.

Kenapa SNG Dianggap Lebih Menguntungkan Dibanding LNG Impor?

Salah satu alasan utama adalah potensi harga yang lebih kompetitif. Berdasarkan kajian sementara di tahun 2024, SNG yang diproduksi di dalam negeri diproyeksikan memiliki harga yang bersaing dengan LNG impor. Hal ini tentu akan berdampak positif pada neraca perdagangan dan ketahanan energi nasional.

Selain itu, ketersediaan batu bara kalori rendah yang melimpah di Indonesia menjadi nilai tambah tersendiri. PTBA memiliki cadangan batu bara yang sangat besar, sekitar 2,9 miliar ton, yang sebagian di antaranya sangat cocok untuk dikonversi menjadi gas sintetis.

Proyek ini direncanakan akan memanfaatkan hingga 8,7 juta ton batu bara kalori rendah untuk menghasilkan hingga 240 BBTUD SNG. PTBA akan berperan sebagai pemasok batu bara, sementara pembangunan pabrik dan konversi akan dilakukan oleh perusahaan pengelola atau processing company yang berbentuk joint venture antara PTBA, PGN, dan mitra teknologi.

Kapan Proyek SNG Ini Akan Mulai Beroperasi?

Prosesnya memang membutuhkan waktu yang cukup panjang. Saat ini, PTBA dan PGN tengah menyusun Head of Agreement (HOA) untuk pengembangan proyek SNG ini. Studi kelayakan (FS) dari sisi teknis, keekonomian, hingga formulasi harga yang kompetitif juga akan segera disusun.

Pada tahun 2026, proyek ini diperkirakan akan memasuki tahap desain teknis/rekayasa atau Front-End Engineering Design (FEED). Estimasi waktu konstruksi pabrik, berdasarkan masukan dari calon mitra teknologi, memerlukan waktu kurang lebih 3,5 tahun. Dengan demikian, target pekerjaan konstruksi diharapkan dapat dimulai pada 2028, dan target operasi bisa terealisasi pada 2032 mendatang.

Apa Saja Tantangan dalam Pengembangan Proyek SNG Ini?

Meskipun memiliki potensi besar, pengembangan proyek SNG ini juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah pemilihan teknologi yang tepat dan efisien. PTBA dan PGN perlu bekerja sama dengan mitra teknologi yang memiliki pengalaman dan keahlian dalam konversi batu bara menjadi gas sintetis.

Selain itu, aspek pendanaan juga menjadi perhatian penting. Proyek ini membutuhkan investasi yang signifikan, sehingga PTBA dan PGN perlu mencari sumber pendanaan yang optimal, baik dari internal maupun eksternal.

PGN akan berperan sebagai penyedia infrastruktur untuk proyek ini. Keterlibatan PGN tidak hanya sebagai pemasok batu bara, tetapi juga dalam joint venture, menunjukkan komitmen yang kuat untuk mendukung pengembangan SNG di Indonesia.

Dengan cadangan batu bara yang melimpah dan dukungan dari berbagai pihak, proyek SNG ini diharapkan dapat menjadi solusi energi yang berkelanjutan dan berkontribusi pada kemandirian energi Indonesia.

More From Author

TBSM: Solusi Cerdas untuk Masa Depan Cerah!

TBSM: Solusi Cerdas untuk Masa Depan Cerah!

Profil Sarmo, Pembunuh Berantai Asal Wonogiri yang Divonis Mati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *