Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf, yang akrab disapa Gus Ipul, baru-baru ini menekankan pentingnya perubahan pola pikir dalam penanganan bantuan sosial. Beliau menyampaikan hal ini saat berdiskusi dengan para pilar sosial, yang merupakan ujung tombak dalam penyaluran bantuan dan pemberdayaan masyarakat.
Gus Ipul menyoroti peran krusial para pilar sosial, termasuk Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), Taruna Siaga Bencana (Tagana), Karang Taruna, dan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS). Menurutnya, mereka adalah garda terdepan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat yang membutuhkan.
Kementerian Sosial sendiri berkomitmen untuk menyeimbangkan antara perlindungan dan jaminan sosial dengan program pemberdayaan. Ini termasuk memberikan bantuan modal dan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kemandirian masyarakat.
Kenapa Bantuan Sosial Harus Bersifat Sementara?
Gus Ipul menekankan bahwa bantuan sosial (bansos) seharusnya hanya menjadi solusi sementara. Beliau meminta para pendamping PKH untuk memberikan edukasi kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) agar mereka memahami bahwa bansos bukanlah solusi jangka panjang. Beri bimbingan, para pendamping PKH khususnya, beri pendampingan mereka, beri edukasi agar mereka tercerahkan bahwa bansos itu sementara, berdaya selamanya, ujarnya.
Pendamping sosial juga diharapkan untuk jujur, objektif, dan bertanggung jawab dalam proses seleksi penerima bantuan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa bantuan benar-benar sampai kepada mereka yang paling membutuhkan.
Para pilar sosial juga memiliki tugas penting untuk mengedukasi KPM, baik penerima PKH maupun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), agar tidak bergantung pada bansos. Tujuannya adalah agar mereka bisa mandiri secara ekonomi dan tidak terus-menerus bergantung pada bantuan pemerintah.
Gus Ipul berharap, dengan adanya pelatihan dan peningkatan keterampilan, penerima bantuan dapat mengembangkan usaha mereka atau mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Ini adalah bagian dari upaya pemberdayaan yang berkelanjutan.
Bagaimana Data Mempengaruhi Efektivitas Bantuan Sosial?
Menurut Gus Ipul, Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) adalah fondasi utama dari seluruh intervensi sosial. Oleh karena itu, data ini harus didukung oleh pendamping sosial yang kompeten. Kemiskinan tidak bisa diatasi hanya dengan bantuan, tapi harus dengan perubahan sistemik berbasis data, pendidikan, dan pemberdayaan, tegasnya.
Gus Ipul juga memastikan bahwa data akan diperbarui secara berkala, setiap tiga bulan, oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan pihak-pihak terkait lainnya. Tujuannya adalah agar bantuan yang disalurkan tepat sasaran dan sesuai dengan kondisi terbaru masyarakat.
Apa Itu Sekolah Rakyat dan Bagaimana Perannya?
Sebagai salah satu upaya pemberdayaan masyarakat, Sekolah Rakyat hadir sebagai solusi jangka panjang. Sekolah ini dirancang untuk memutus rantai kemiskinan melalui akses pendidikan dan pengembangan kapasitas warga miskin.
Gus Ipul menekankan bahwa percepatan pengentasan kemiskinan hanya bisa tercapai jika bansos tidak lagi dianggap sebagai solusi jangka panjang. Bantuan sosial hanya bersifat sementara, sehingga paradigma pemberdayaan harus diutamakan.
Rekrutmen calon siswa Sekolah Rakyat harus fokus pada kelompok termiskin berdasarkan DTKS. Proses seleksi juga harus ketat dan berbasis data agar tidak ada praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN).
Gus Ipul juga mengingatkan para pendamping sosial untuk menjaga integritas dan jiwa kerelawanan. Tugas mereka adalah tugas kemanusiaan, bukan sekadar profesi. Masyarakat pun dapat meneladani etika, disiplin, dan semangat melayani dari para pendamping sosial.
Dengan perubahan paradigma dan kerja keras dari semua pihak, diharapkan masyarakat Indonesia dapat semakin mandiri dan sejahtera.