Soal ‘Jeans 33-34’, Legislator: Menkes Tak Hina Tubuh Orang

Anggota DPR dari Fraksi NasDem, Irma, mendesak pemerintah untuk bertindak tegas terhadap perusahaan-perusahaan yang kedapatan menggunakan gula dan garam secara berlebihan dalam produk makanan dan minuman mereka. Desakan ini muncul sebagai respons terhadap pernyataan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin terkait obesitas dan risiko kesehatan.

Irma menekankan bahwa masyarakat sebaiknya mengambil sisi positif dari pernyataan Menkes Budi. Menurutnya, ini adalah momentum yang tepat bagi pemerintah untuk memperketat pengawasan dan regulasi terkait penggunaan gula dan garam, terutama gula biang, dalam industri makanan dan minuman.

Komisi IX DPR, yang membidangi kesehatan, juga memberikan perhatian khusus terhadap kebijakan dan aturan terkait kadar garam dan gula dalam produk yang beredar di pasaran. Irma mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu sensitif atau baper terhadap isu ini, karena pada dasarnya semua upaya yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Selain itu, Irma juga menyoroti pentingnya sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang lebih masif, terutama menyasar masyarakat yang masih gemar mengonsumsi makanan cepat saji dan makanan berlemak tinggi. Ia berharap pesan yang disampaikan Menkes Budi dapat tersalurkan dengan baik dan dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.

“Seberapa pun besar anggaran untuk pengobatan (kuratif), tidak akan cukup jika upaya pencegahan (preventif) tidak berjalan efektif,” ujarnya.

Kenapa Pemerintah Harus Lebih Tegas Soal Gula dan Garam?

Penggunaan gula dan garam berlebihan dalam makanan dan minuman olahan telah lama menjadi perhatian serius di kalangan ahli kesehatan. Konsumsi gula dan garam yang tinggi dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi. Dengan regulasi yang lebih ketat, pemerintah dapat memaksa industri makanan dan minuman untuk mengurangi kadar gula dan garam dalam produk mereka, sehingga membantu masyarakat mengurangi risiko terkena penyakit-penyakit tersebut.

Irma juga menambahkan bahwa institusi terkait, seperti Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), perlu duduk bersama untuk merumuskan regulasi atau kebijakan yang lebih komprehensif. Hal ini termasuk kampanye edukasi yang lebih gencar untuk mengurangi konsumsi makanan cepat saji dan makanan tidak sehat lainnya.

Sebelumnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin sempat menyinggung soal obesitas sebagai salah satu faktor yang memengaruhi umur panjang seseorang. Ia bahkan memberikan contoh ukuran celana jeans sebagai indikator risiko kesehatan, yang kemudian menuai berbagai reaksi dari masyarakat.

Apakah Ukuran Celana Jeans Benar-Benar Menentukan Kesehatan?

Pernyataan Menkes Budi mengenai ukuran celana jeans memang bersifat ilustratif dan bertujuan untuk memberikan gambaran yang mudah dipahami tentang obesitas. Meskipun ukuran celana jeans bukanlah satu-satunya indikator kesehatan, namun hal ini dapat menjadi sinyal awal bahwa seseorang mungkin memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Obesitas sendiri merupakan faktor risiko berbagai penyakit kronis, sehingga penting untuk menjaga berat badan ideal demi kesehatan jangka panjang.

Menkes Budi juga mengutip anjuran Nabi Muhammad SAW untuk berhenti makan sebelum kenyang, sebagai salah satu cara untuk mencegah obesitas. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya olahraga secara teratur, minimal 5 kali seminggu selama 30 menit setiap sesi, serta menghindari stres.

Bagaimana Cara Efektif Mengurangi Konsumsi Gula dan Garam Sehari-hari?

Mengurangi konsumsi gula dan garam sehari-hari sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan. Berikut beberapa tips yang bisa Anda coba:

  • Baca label makanan dengan cermat: Perhatikan kandungan gula dan garam (natrium) dalam setiap produk yang Anda beli. Pilih produk dengan kandungan gula dan garam yang lebih rendah.
  • Masak sendiri di rumah: Dengan memasak sendiri, Anda memiliki kendali penuh atas bahan-bahan yang digunakan, termasuk jumlah gula dan garam.
  • Gunakan rempah-rempah sebagai pengganti garam: Rempah-rempah seperti bawang putih, merica, dan cabai dapat memberikan rasa yang lezat pada masakan tanpa perlu menambahkan banyak garam.
  • Batasi konsumsi minuman manis: Minuman manis seperti soda, jus kemasan, dan teh manis mengandung gula yang sangat tinggi. Cobalah menggantinya dengan air putih, teh tawar, atau infused water.
  • Hindari makanan olahan dan cepat saji: Makanan olahan dan cepat saji biasanya mengandung gula dan garam yang sangat tinggi. Usahakan untuk mengurangi konsumsi makanan-makanan ini.

Irma berharap dengan adanya kesadaran dan upaya bersama dari pemerintah, industri makanan dan minuman, serta masyarakat, angka kematian akibat penyakit jantung dan diabetes yang disebabkan oleh kelebihan berat badan atau obesitas dapat diturunkan secara signifikan.

More From Author

Ombudsman Sebut Minimnya Anggaran Picu Maraknya Kasus Keracunan

Apa Itu Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO)? Penjelasan Lengkap untuk Calon Siswa SMK

Apa Itu Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO)? Penjelasan Lengkap untuk Calon Siswa SMK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *