Ketua MA: Hakim Tak Sempurna, Tapi Jangan Jadi Setan

Mahkamah Agung (MA) baru saja mengadakan acara penting, yaitu pembinaan administrasi dan teknis yudisial. Acara ini khusus ditujukan bagi para hakim di lingkungan peradilan umum se-Jakarta. Tujuannya? Tak lain adalah untuk meningkatkan kualitas kerja dan integritas para hakim.

Ketua MA, Sunarto, hadir langsung memberikan pengarahan. Beliau menekankan bahwa menjadi hakim bukanlah pekerjaan yang enteng. Ada tanggung jawab besar yang diemban, dan setiap tindakan akan selalu menjadi sorotan publik.

Kenapa Hakim Harus Jaga Diri di Era Digital?

Sunarto mengingatkan para hakim bahwa di era digital ini, mereka seolah hidup dalam akuarium. Setiap gerak-gerik, sekecil apapun, bisa dengan mudah terpantau. Transaksi keuangan, kunjungan ke tempat hiburan, semuanya bisa terlacak. Beliau bertanya, apakah para hakim masih akan melakukan hal-hal yang kurang pantas, padahal risikonya sangat besar?

Beliau juga menyinggung soal pentingnya menjaga kepercayaan publik. Hakim bukanlah malaikat, pasti pernah melakukan kesalahan. Tapi, kesalahan jangan sampai dibudayakan atau menjadi kebiasaan. Jika hakim terbiasa melakukan hal-hal yang tidak baik, hidupnya tidak akan tenang.

Sunarto memberikan pilihan yang jelas kepada para hakim. Jika mereka tidak memilih jalan kebaikan, maka pilihannya hanya dua: disanksi oleh Mahkamah Agung atau berurusan dengan penegak hukum. Pilihan yang cukup menakutkan, bukan?

Bagaimana Cara Meningkatkan Kepercayaan Publik Terhadap Hakim?

Salah satu cara yang ditekankan adalah dengan memilih jalan kemaslahatan dan kebaikan. Menjadi hakim berarti mengemban amanah untuk menegakkan keadilan. Jika hakim bertindak adil dan bijaksana, kepercayaan publik pasti akan meningkat.

Sunarto juga mengingatkan bahwa manusia adalah pertarungan antara malaikat dan setan. Setiap orang punya potensi untuk berbuat baik atau buruk. Pilihan ada di tangan masing-masing. Sebagai hakim, mereka harus berusaha sekuat tenaga untuk memilih jalan yang benar.

Apa Saja Konsekuensi Jika Hakim Melanggar Kode Etik?

Konsekuensinya bisa sangat berat. Selain sanksi dari Mahkamah Agung, hakim yang melanggar kode etik juga bisa berurusan dengan penegak hukum. Reputasi mereka akan hancur, dan kepercayaan publik akan hilang. Lebih dari itu, mereka juga akan kehilangan ketenangan hidup.

Acara pembinaan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Mahkamah Agung untuk meningkatkan kualitas dan integritas para hakim. Diharapkan, dengan adanya pembinaan ini, para hakim dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik dan profesional, serta mampu menjaga kepercayaan publik.

Selain itu, ada juga ajang penghargaan yang diadakan oleh detikcom bersama Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk mencari jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia. Serta ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Ini menunjukkan komitmen untuk memberikan apresiasi kepada para penegak hukum yang berdedikasi dan berintegritas.

More From Author

Prospek Lulusan TKJ di Era Digital: Apa Masih Relevan?

Prospek Lulusan TKJ di Era Digital: Apa Masih Relevan?

Kenapa Pendidikan Karakter Penting Banget di Sekolah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *