Waka MPR: Cegah Perkawinan Anak Harus Terus Dilakukan

Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menekankan pentingnya peningkatan upaya pencegahan perkawinan anak di Indonesia. Menurutnya, masalah ini memerlukan penanganan serius dan terkoordinasi dari berbagai pihak.

Lestari menjelaskan bahwa pencegahan perkawinan anak harus dilakukan melalui berbagai cara. Ini termasuk edukasi dan sosialisasi yang gencar mengenai dampak negatif perkawinan dini, penguatan regulasi yang melindungi anak-anak, serta pemberdayaan anak dan keluarga agar mereka memiliki ketahanan terhadap praktik perkawinan anak.

“Di Indonesia yang kaya akan keragaman budaya, upaya pencegahan perkawinan anak harus terus ditingkatkan dengan dukungan dari semua pihak terkait,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa upaya ini harus dilakukan secara konsisten untuk membangun sistem pencegahan yang efektif di berbagai daerah.

Kenapa Perkawinan Anak Masih Terjadi di Indonesia?

Indonesia menduduki peringkat keempat dunia dalam kasus perkawinan anak, setelah India, Bangladesh, dan China. Data ini sangat memprihatinkan dan menunjukkan bahwa masalah perkawinan anak masih menjadi tantangan besar yang harus diatasi.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan perkawinan anak adalah masalah ekonomi. Keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi seringkali melihat perkawinan sebagai solusi untuk mengurangi beban hidup. Selain itu, faktor budaya dan tradisi juga berperan penting dalam melanggengkan praktik ini.

Kurangnya akses terhadap pendidikan dan informasi yang memadai juga menjadi penyebab perkawinan anak. Anak-anak yang tidak memiliki akses ke pendidikan seringkali tidak menyadari dampak negatif dari perkawinan dini dan tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti tradisi yang berlaku.

Lestari juga menyoroti pentingnya penguatan koordinasi antar pemangku kepentingan. Ia menekankan bahwa pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan keluarga harus bekerja sama untuk mencegah perkawinan anak.

Baru-baru ini, viral di media sosial kasus pernikahan anak SMP berusia 15 tahun dengan seorang siswa SMK berusia 17 tahun. Pernikahan ini terjadi di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan menjadi sorotan publik setelah video pernikahan mereka tersebar luas.

Apa Saja Dampak Negatif Perkawinan Anak?

Perkawinan anak memiliki dampak negatif yang sangat besar bagi anak-anak yang terlibat. Dampak ini meliputi masalah kesehatan, pendidikan, dan sosial.

Dari segi kesehatan, anak-anak yang menikah dini berisiko tinggi mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan. Mereka juga lebih rentan terhadap penyakit menular seksual dan kekerasan dalam rumah tangga.

Dari segi pendidikan, perkawinan anak seringkali memaksa anak-anak untuk putus sekolah. Hal ini menghambat perkembangan potensi mereka dan mengurangi kesempatan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di masa depan.

Dari segi sosial, perkawinan anak dapat menyebabkan isolasi sosial dan depresi. Anak-anak yang menikah dini seringkali kehilangan teman-teman mereka dan merasa terasing dari masyarakat.

Bagaimana Cara Efektif Mencegah Perkawinan Anak?

Pencegahan perkawinan anak memerlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  • Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif perkawinan anak melalui kampanye edukasi dan sosialisasi.
  • Memperkuat regulasi yang melindungi anak-anak dari perkawinan dini dan memastikan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku perkawinan anak.
  • Memberdayakan anak-anak dan keluarga melalui program-program pendidikan, pelatihan keterampilan, dan bantuan ekonomi.
  • Meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi bagi remaja.
  • Melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan media massa dalam upaya pencegahan perkawinan anak.
  • Data UNICEF tahun 2023 menunjukkan bahwa terdapat 25,53 juta perempuan di Indonesia yang menikah sebelum usia 18 tahun. Angka ini sangat tinggi dan menunjukkan bahwa upaya pencegahan perkawinan anak harus terus ditingkatkan.

    Lestari berharap bahwa dengan upaya yang konsisten dan terkoordinasi, Indonesia dapat mengurangi angka perkawinan anak dan menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.

    “Agar upaya pembangunan sumber daya manusia yang kita miliki mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang berdaya saing di masa depan,” tutupnya.

    More From Author

    Tips Sukses Masuk Jurusan Teknik Ketenagalistrikan di SMK

    Tips Sukses Masuk Jurusan Teknik Ketenagalistrikan di SMK

    Kenapa Pendidikan Karakter Penting untuk Cetak Generasi Emas

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *