Rencana pembuatan Pulau Kucing di Kepulauan Seribu oleh Pemerintah Provinsi Jakarta terus menuai sorotan. Anggota DPRD DKI Jakarta, Francine Widjojo, secara tegas menolak ide tersebut, terutama jika lokasinya berada di Pulau Tidung Kecil. Menurutnya, relokasi kucing dalam jumlah besar dapat mengganggu ekosistem di wilayah yang seharusnya menjadi pusat konservasi.
Francine berpendapat bahwa anggaran yang dialokasikan untuk Pulau Kucing sebaiknya digunakan untuk hal yang lebih mendesak, yaitu pembangunan pusat kesehatan hewan (puskeswan). Ia menyoroti bahwa Jakarta masih kekurangan fasilitas kesehatan hewan, padahal kebutuhan akan layanan tersebut sangat tinggi.
Kenapa Pulau Kucing Jadi Kontroversi?
Salah satu alasan utama penolakan terhadap Pulau Kucing adalah sifat teritorial kucing. Memindahkan sejumlah besar kucing ke suatu wilayah baru dapat menyebabkan konflik antar kucing dan berpotensi merusak ekosistem setempat. Kucing yang direlokasi juga bisa menjadi predator invasif, mengancam spesies lain di pulau tersebut.
Selain itu, Francine mempertanyakan mengapa rencana Pulau Kucing sudah masuk dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DKI Jakarta 2025-2029, sementara pembangunan puskeswan yang seharusnya menjadi prioritas justru belum terealisasi. Ia mengingatkan bahwa penambahan 15 puskeswan adalah salah satu janji kampanye yang belum dipenuhi.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 64 Tahun 2007, setiap wilayah dengan kepadatan hewan peliharaan yang tinggi seharusnya memiliki puskeswan. Mengacu pada peraturan ini, Jakarta yang memiliki 44 kecamatan idealnya memiliki minimal 15 puskeswan.
Puskeswan vs Pulau Kucing: Mana yang Lebih Penting?
Francine menekankan bahwa solusi jangka panjang untuk mengendalikan populasi kucing adalah sterilisasi, bukan relokasi. Ia mengusulkan agar anggaran untuk Pulau Kucing dialihkan untuk memperbanyak program sterilisasi kucing jalanan di Jakarta. Dengan demikian, masalah populasi kucing liar dapat diatasi secara lebih efektif dan berkelanjutan.
Pentingnya puskeswan juga tidak bisa diabaikan. Fasilitas ini dapat memberikan layanan kesehatan yang dibutuhkan oleh hewan peliharaan, termasuk vaksinasi, pengobatan penyakit, dan tindakan medis lainnya. Dengan adanya puskeswan yang memadai, kesejahteraan hewan peliharaan di Jakarta dapat ditingkatkan.
Gubernur Jakarta, Pramono Anung, sebelumnya menyatakan bahwa Pulau Kucing diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi kesejahteraan kucing, tetapi juga dapat menarik wisatawan. Namun, Francine berpendapat bahwa manfaat ekonomi dari Pulau Kucing masih belum jelas, sementara kebutuhan akan puskeswan sudah sangat mendesak.
Apa Solusi Terbaik untuk Kucing-Kucing Jakarta?
Francine mengapresiasi usulan Pemerintah Provinsi Jakarta untuk membangun Rumah Sakit Hewan (RSH) milik daerah. Namun, ia menekankan bahwa pembangunan puskeswan juga harus menjadi prioritas. Ia meminta agar anggaran untuk Pulau Kucing dialihkan untuk memenuhi kebutuhan akan RSH dan puskeswan.
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:
- Sterilisasi kucing jalanan adalah solusi jangka panjang yang efektif.
- Pembangunan puskeswan dapat meningkatkan kesejahteraan hewan peliharaan.
- Anggaran untuk Pulau Kucing sebaiknya dialihkan untuk kebutuhan yang lebih mendesak.
Dengan fokus pada sterilisasi dan pembangunan puskeswan, Jakarta dapat mengatasi masalah populasi kucing liar dan meningkatkan kesejahteraan hewan peliharaan secara keseluruhan. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
Penting untuk diingat bahwa kesejahteraan hewan adalah tanggung jawab kita bersama.