Ibu dr Aulia Menangis Ceritakan Dampak Bully Senior PPDS ke Anaknya

Kasus dugaan perundungan yang berujung pada meninggalnya seorang dokter muda, Aulia Risma, di lingkungan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) sebuah universitas ternama di Semarang, terus bergulir. Ibunda mendiang, Nusmatun Malinah, memberikan kesaksian yang memilukan di persidangan, mengungkap berbagai tekanan dan beban kerja berat yang dialami putrinya.

Dengan suara bergetar, Nusmatun menceritakan bagaimana Aulia harus berjuang keras menjalani pendidikan spesialisnya. Jam kerja yang tidak manusiawi, nyaris 24 jam sehari, menjadi salah satu faktor yang diduga kuat memperburuk kondisi kesehatan Aulia. Bahkan, saking lelahnya, Aulia sempat mengalami kecelakaan saat pulang dari rumah sakit pada Agustus 2022.

“Agustus 2022 pulang naik motor dari RSUP dr Kariadi, jatuh ke selokan,” ujar Nusmatun dengan nada sedih.

Apa Saja Bentuk Perundungan yang Dialami Dokter Aulia?

Nusmatun mengungkapkan bahwa Aulia tidak hanya dibebani dengan jam kerja yang panjang, tetapi juga tugas-tugas fisik yang berat dan tidak sesuai dengan kondisinya. Ia menceritakan bagaimana putrinya diminta untuk membagikan makanan dalam jumlah besar, mengangkat galon air, membantu pasien, dan mendorong tempat tidur pasien, padahal sedang dalam kondisi sakit.

“Karena saya kaget ternyata disuruh bagi makanan 80 porsi dari lantai 1-2 dan tidak boleh dibantu OB, mengangkat galon, pasien, tidak di bagian yang ringan tapi yang berat, terus mendorong tempat tidur pasien,” jelasnya.

Kondisi ini diperparah dengan penyakit saraf terjepit yang diderita Aulia. Karena tidak tahan dengan rasa sakit, Aulia bahkan sampai menyuntikkan obat penghilang rasa sakit sendiri. Tragisnya, Aulia kemudian ditemukan meninggal dunia.

Bagaimana Pihak Universitas Menanggapi Kasus Ini?

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak universitas terkait kasus ini. Namun, diharapkan pihak universitas dapat memberikan penjelasan yang transparan dan bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Kasus ini menjadi sorotan publik dan memicu perdebatan mengenai sistem pendidikan kedokteran spesialis yang dinilai terlalu keras dan rentan terhadap praktik perundungan.

Kasus ini juga menyoroti pentingnya pengawasan dan perlindungan terhadap dokter muda yang sedang menempuh pendidikan spesialis. Mereka rentan menjadi korban perundungan dan eksploitasi karena posisi mereka yang lemah dan ketergantungan pada senior dan pengajar.

Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mencegah Kasus Serupa Terulang?

Perlu adanya perubahan sistemik dalam pendidikan kedokteran spesialis. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Memperketat pengawasan terhadap praktik perundungan dan kekerasan di lingkungan pendidikan.
  • Membentuk mekanisme pelaporan yang aman dan mudah diakses bagi korban perundungan.
  • Memberikan sanksi tegas kepada pelaku perundungan.
  • Meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya kesehatan mental dan kesejahteraan dokter muda.
  • Meninjau kembali kurikulum dan sistem pendidikan agar lebih manusiawi dan tidak memberatkan dokter muda.

Kasus Aulia Risma menjadi pengingat yang pahit bahwa sistem pendidikan kedokteran spesialis perlu direformasi agar tidak ada lagi korban di masa depan. Semoga keadilan dapat ditegakkan dan kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak.

Detikcom juga turut berkontribusi dalam memberikan apresiasi kepada para jaksa dan polisi teladan di Indonesia melalui ajang penghargaan yang diadakan bersama Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) dan Polri.

More From Author

Animasi dan Teknologi AI: Masa Depan yang Penuh Potensi

Animasi dan Teknologi AI: Masa Depan yang Penuh Potensi

Terbang Hemat: Diskon Pajak Tiket Pesawat Menanti!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *