Hermansyah di Persikabo: Keterlambatan Gaji Jangan Terulang di Liga 2025/2026

Dunia sepak bola Indonesia, sayangnya, masih diwarnai cerita kurang sedap soal gaji. Kali ini, kisah pilu datang dari Hermansyah, mantan pelatih kiper Persikabo, yang harus berjuang karena gajinya tertunggak. Ironisnya, Hermansyah bukan nama baru di kancah sepak bola nasional. Ia adalah mantan kiper Timnas Indonesia yang populer di era 80-an.

Hermansyah tak sungkan berbagi pengalamannya saat masih melatih di Persikabo Bogor. Akibat gaji yang tak kunjung dibayar, jumlahnya mencapai sekitar Rp45 juta, ia terpaksa menjual aset pribadinya demi menyambung hidup. Sebuah kenyataan pahit yang menimpa sosok yang pernah berjaya di lapangan hijau.

Masalah keterlambatan, bahkan penunggakan gaji, seolah menjadi penyakit kronis di Liga 1 dan Liga 2. Padahal, gaji adalah hak mendasar bagi pemain dan pelatih. Kejadian ini tentu mencoreng citra sepak bola Indonesia dan menimbulkan pertanyaan besar tentang profesionalisme pengelolaan klub.

Kenapa Masalah Gaji Selalu Jadi Momok di Sepak Bola Indonesia?

Beberapa faktor mungkin menjadi penyebab masalah klasik ini. Manajemen keuangan klub yang kurang baik, ketergantungan pada sponsor, dan kurangnya transparansi dalam pengelolaan dana bisa jadi pemicunya. Selain itu, pengawasan dari federasi sepak bola juga perlu diperketat agar klub-klub lebih bertanggung jawab terhadap kewajibannya.

Kisah Hermansyah ini menjadi pengingat bagi semua pihak, terutama para pengelola klub, untuk lebih serius menangani masalah finansial. Jangan sampai kejadian serupa terulang kembali dan merugikan para pelaku sepak bola yang telah berjuang mengharumkan nama klub dan bangsa.

Di sisi lain, Persib Bandung baru saja mengumumkan perekrutan Al Hamra Hehanussa, seorang bek serbabisa, untuk memperkuat tim dalam menghadapi musim kompetisi Liga 1 2025/2026 dan AFC Champions League 2 2025/2026. Langkah ini menunjukkan keseriusan Persib dalam mempersiapkan tim untuk kompetisi yang lebih ketat.

Apa Dampak Penunggakan Gaji Terhadap Performa Tim?

Penunggakan gaji tentu berdampak negatif terhadap performa tim. Pemain dan pelatih akan kehilangan motivasi, fokus terpecah, dan bahkan bisa menimbulkan konflik internal. Akibatnya, performa tim di lapangan akan menurun dan sulit meraih hasil maksimal. Lebih jauh lagi, hal ini bisa merusak citra klub dan kepercayaan dari para suporter.

Penunggakan gaji bukan hanya masalah finansial, tapi juga masalah moral dan profesionalisme. Klub yang sehat secara finansial akan mampu memberikan yang terbaik bagi para pemain dan pelatih, sehingga mereka bisa fokus memberikan yang terbaik di lapangan.

Bagaimana Solusi Jangka Panjang untuk Mengatasi Masalah Ini?

Solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah penunggakan gaji membutuhkan komitmen dari semua pihak. Federasi sepak bola perlu membuat regulasi yang lebih ketat dan memberikan sanksi tegas kepada klub yang melanggar. Klub juga harus meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan. Selain itu, peran sponsor dan dukungan dari pemerintah juga sangat penting untuk menciptakan ekosistem sepak bola yang sehat dan berkelanjutan.

Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

  • Pengawasan ketat dari federasi sepak bola.
  • Transparansi keuangan klub.
  • Peningkatan profesionalisme manajemen klub.
  • Dukungan dari sponsor dan pemerintah.

Semoga dengan upaya bersama, masalah penunggakan gaji di sepak bola Indonesia bisa segera teratasi dan tidak ada lagi kisah pilu seperti yang dialami Hermansyah.

More From Author

Rekap Transfer Liga 1 2025/2026: Siapa Saja yang Pindah?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *