Fenomena bediding yang terjadi di Jawa Timur belakangan ini membuat suhu malam hari terasa lebih dingin dari biasanya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda memprediksi bahwa suhu dingin ini akan terus berlangsung hingga Agustus 2025. Simak penjelasan lebih lanjut mengenai fenomena ini dan penyebabnya.
baca Juga:Kelebihan Vitamin C Bisa Bahaya, Jangan Asal Konsumsi!
Apa Itu Fenomena Bediding?
Suhu Malam yang Dingin
Fenomena bediding menggambarkan kondisi ketika suhu malam hari terasa lebih dingin dari biasanya. Hal ini biasanya terjadi selama musim kemarau di Indonesia, terutama pada bulan Juli hingga Agustus. Fenomena ini terjadi karena berbagai faktor cuaca, termasuk angin muson Australia yang membawa udara kering dan dingin dari Benua Australia.
Pengaruh Fenomena Aphelion pada Cuaca
Fenomena Aphelion dan Pengaruhnya yang Minim
Saat ini, Indonesia juga mengalami fenomena Aphelion, yaitu ketika Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari. Fenomena ini biasa terjadi setiap awal Juli, meskipun waktunya dapat bergeser sedikit setiap tahunnya. Namun, BMKG menegaskan bahwa meskipun jarak Bumi dengan Matahari berubah, pengaruhnya terhadap suhu di Bumi sangat kecil—hanya sekitar 7%—dan tidak signifikan dalam mempengaruhi cuaca, terutama suhu udara yang dirasakan manusia.
Penyebab Suhu Dingin: Angin Monsun Australia
Angin Monsun Australia Membawa Udara Dingin
Suhu dingin yang dirasakan di Jawa Timur saat ini lebih disebabkan oleh angin Monsun Australia yang bertiup dari Benua Australia menuju Asia. Angin ini membawa massa udara dingin dan kering, yang membuat suhu malam hari turun drastis, bahkan bisa mencapai titik minimumnya. Fenomena ini terjadi karena langit yang cerah tanpa tutupan awan yang menghalangi panas dari Bumi untuk keluar ke angkasa, membuat suhu terasa lebih dingin.
Proyeksi Fenomena Bediding hingga Agustus
Berlangsung Hingga Bulan Agustus
Prakirawan BMKG Juanda, Thariq Harun, memprediksi bahwa fenomena bediding ini akan berlangsung hingga bulan Agustus 2025. Fenomena ini diperkirakan akan terus terjadi selama musim kemarau, di mana angin Monsun Australia aktif bertiup membawa udara kering dan dingin.
Kemarau Basah dan Potensi Hujan Lokal
Selain fenomena bediding, tahun ini juga terjadi kemarau basah, di mana meskipun musim kemarau, masih ada potensi hujan dalam skala lokal di beberapa wilayah. Hal ini terjadi akibat aktifnya angin yang bertiup dari timur ke barat, membawa massa udara yang lebih lembap dari Monsun Australia.
penulis:Dafa Aditya.f