Musibah banjir yang melanda sejumlah kawasan di Jakarta Selatan belum lama ini ternyata turut berdampak pada kawasan hunian elite. Salah satu yang merasakan langsung dampaknya adalah Tamara Geraldine, public figure sekaligus penulis ternama Indonesia.
Melalui akun Instagram pribadinya, Tamara membagikan kondisi rumahnya yang terendam banjir selama dua hari berturut-turut. Meski rumahnya berada di kawasan mewah, air tetap masuk ke seluruh ruangan akibat tanggul yang jebol di beberapa titik sekitar area tersebut.
Baca juga : Timnas Indonesia Harus Cetak Kejutan di Ronde 4 Kualifikasi!
Bagaimana Kronologi Banjir di Rumah Tamara Geraldine?
Menurut Tamara, banjir datang dengan cepat usai hujan deras yang mengguyur wilayah Jakarta. Dalam unggahannya, ia menyebut bahwa hanya dalam waktu sekitar tiga jam, air bah sudah memasuki seluruh sudut rumahnya, termasuk ruang terapi dan area yang sebelumnya sudah tertata rapi.
Tak hanya membagikan foto-foto banjir, Tamara juga menyelipkan komentar dengan nada santai dan penuh humor. “Kalau besok kebanjiran lagi, artinya hattrick! Hahaha,” tulisnya, mencoba melihat sisi lucu dari situasi yang menantang ini.
Reaksi Tamara: Tetap Optimis dan Serahkan pada Tuhan
Di tengah situasi sulit tersebut, Tamara tetap menunjukkan ketegaran dan optimisme. Ia mengatakan bahwa dirinya memilih untuk menyerahkan semuanya kepada Tuhan, sembari percaya bahwa segala hal yang terjadi pasti memiliki makna dan rencana yang baik.
“Karena Tuhan hanya punya semua profil yang baik. Sifat, karakter, janji, bahkan kedaulatan-Nya, semua baik,” tulis Tamara penuh keyakinan.
Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada teman-teman dan para pengikut media sosialnya yang telah memberikan perhatian serta menawarkan bantuan selama masa sulit itu berlangsung.
Tamara Ajak Doakan Korban Banjir Lainnya
Tamara tidak hanya fokus pada kondisi rumahnya sendiri. Dalam unggahannya, ia mengajak seluruh masyarakat untuk turut mendoakan korban banjir lain yang mungkin mengalami kondisi lebih parah.
“Bersama saya, bantu doa buat semua yang kebanjiran. Saya tahu lebih banyak yang mengalami musibah jauh lebih parah dari keadaan rumah saya,” ucapnya penuh empati.
Ungkapan tersebut mendapat banyak respons positif dari warganet, yang mengapresiasi sikap bijaknya dan kepeduliannya terhadap sesama.
Dukungan untuk Pemerintah dalam Penanganan Banjir
Tak lupa, Tamara juga menyuarakan dukungannya kepada pemerintah daerah, khususnya Gubernur Jakarta Pramono Anung dan Wakil Gubernur Rano Karno, yang tengah menghadapi tantangan berat dalam menangani persoalan banjir di ibu kota.
Ia berharap para pemimpin tersebut diberikan kekuatan dan kebijaksanaan agar bisa mengambil langkah-langkah tepat demi mencegah bencana serupa terjadi kembali di masa mendatang.
Pelajaran Penting dari Musibah Banjir Ini
Peristiwa banjir yang menimpa rumah Tamara Geraldine menjadi pengingat bahwa bencana bisa datang ke mana saja, tak mengenal wilayah atau status sosial. Dari kejadian ini, kita bisa menarik beberapa pelajaran penting:
1. Pentingnya Infrastruktur Tangguh
Wilayah padat penduduk, termasuk kawasan elite, tetap perlu dilengkapi dengan sistem drainase dan tanggul yang kuat agar mampu menahan curah hujan tinggi.
2. Kesiapan Alat Pemantau Cuaca
Penguatan sistem peringatan dini dan pemantauan curah hujan secara real-time bisa membantu mencegah banjir mendadak.
3. Peran Aktif Masyarakat
Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan juga menjadi faktor penting untuk meminimalisir risiko banjir.
Solidaritas dan Doa, Kunci Hadapi Bencana
Meskipun terdampak secara langsung, Tamara Geraldine memilih untuk tetap tenang, bersyukur, dan berbagi harapan baik kepada mereka yang terdampak lebih berat. Sikapnya menunjukkan bahwa dalam menghadapi bencana, rasa solidaritas dan saling mendoakan bisa menjadi sumber kekuatan utama.
Semoga kejadian ini menjadi momentum bagi pemerintah dan masyarakat untuk bersinergi dalam mencari solusi jangka panjang dalam penanggulangan banjir, serta membangun kota yang lebih tangguh terhadap perubahan iklim dan bencana alam.
Penulis : Naysila pramuditha azh zahra