Harga Bitcoin kembali menguat dan mendekati rekor tertinggi di level US$112.000, memicu sentimen positif terhadap prospek pasar aset kripto secara global. Menurut CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, perdagangan kripto dalam negeri selama sepekan terakhir menunjukkan volatilitas tinggi akibat berbagai faktor eksternal, termasuk pengumuman kebijakan tarif AS dan risalah FOMC dari The Fed.
“Meski sempat terkoreksi saat pengumuman tarif, pasar kripto cepat pulih. Dalam 24 jam terakhir, volume perdagangan naik sekitar 20% dibandingkan saat terjadi koreksi,” ungkap Calvin pada Kamis, 10 Juli 2025.
Baca juga: 5 Fakta Menarik tentang Superman (2025): Awal Baru DC Universe dan Debut David Corenswet
Faktor Pendorong Reli Bitcoin: Suku Bunga, ETF, dan Regulasi Positif
Calvin menjelaskan bahwa lonjakan harga Bitcoin saat ini didorong oleh:
- Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed yang meningkatkan minat terhadap aset berisiko.
- Arus masuk besar dari investor institusi melalui ETF Bitcoin.
- Sinyal regulasi kripto yang makin ramah, terutama di bawah wacana kebijakan pemerintahan Trump.
Di sisi lain, meskipun tarif AS memperburuk ketegangan geopolitik dan menyebabkan tekanan jangka pendek di pasar mata uang seperti Rupiah, hal ini bukan faktor utama dalam pergerakan harga Bitcoin.
“Faktor utama justru adalah adopsi institusional dan persepsi Bitcoin sebagai aset cadangan yang sah,” tambah Calvin.
Short Squeeze dan Makroekonomi Dorong Momentum Kripto
Reli harga Bitcoin juga ditopang oleh tekanan short squeeze besar-besaran serta perbaikan kondisi makroekonomi. Tokocrypto mencatat adanya likuidasi posisi short senilai US$529 juta dalam 24 jam terakhir di seluruh pasar kripto, dengan Bitcoin menyumbang US$465 juta atau sekitar 88%.
Selain itu, pelemahan dolar AS dan meningkatnya peluang pemangkasan suku bunga The Fed (68%) mendorong terjadinya lingkungan investasi risk-on, tercermin dari lonjakan volume perdagangan Bitcoin sebesar 44% menjadi US$61,2 miliar.
ETF dan Institusi Besar Semakin Aktif Masuk Pasar Kripto
Masuknya dana institusional ke ETF Bitcoin spot terus meningkat, dengan arus dana sebesar US$935 juta pada 9 Juli. Ini menjadi pekan ke-11 berturut-turut aliran dana masuk ke produk ETF kripto, memperlihatkan antusiasme besar dari investor besar.
Perusahaan seperti GameStop mulai memasukkan Bitcoin ke dalam portofolio neraca mereka. Sementara itu, El Salvador kini tercatat memiliki 6.232 BTC, senilai sekitar US$695 juta.
Pasar Derivatif Kripto Tunjukkan Permintaan Stabil
Kontrak derivatif Bitcoin mencatat open interest sebesar US$79 miliar, tertinggi sejak Maret 2025. Dengan tingkat pendanaan masih netral, ini menandakan permintaan pasar yang kuat dan berkelanjutan.
Secara teknikal, tren harga Bitcoin telah mengonfirmasi pembalikan bullish, dengan harga berhasil bertahan di atas support US$110.400. Saat ini, BTC berada di atas seluruh moving average utama, dengan resistensi berikutnya di kisaran US$115.635.
Baca juga: Vivi Restu Anggraini, Muslimah Inspiratif dan Berprestasi Universitas Teknokrat Indonesia
Prospek Perdagangan Kripto di Indonesia Semakin Menarik
Calvin menilai bahwa pertumbuhan investasi aset kripto di Indonesia juga dipicu oleh:
- Potensi pelonggaran kebijakan suku bunga dari The Fed dan Bank Indonesia.
- Arus likuiditas global yang mengalir ke aset berisiko.
- Tren akumulasi institusional dari pelaku pasar global yang memberi dampak positif secara tidak langsung pada pasar lokal.
“Walau partisipasi institusi lokal masih terbatas, sinyal dari luar negeri memberi kepercayaan terhadap prospek jangka panjang,” ujar Calvin.
Edukasi dan Regulasi Jadi Kunci Kepercayaan Investor
Untuk memperkuat pasar, Calvin menekankan pentingnya edukasi publik dan regulasi yang jelas agar kepercayaan masyarakat terhadap investasi kripto semakin meningkat. Hal ini diharapkan bisa mendorong partisipasi investor ritel dan institusi lokal secara lebih luas ke depan.
Penulis: Fiska Anggraini