Petenis peringkat satu dunia, Jannik Sinner, berhasil mengalahkan peringkat dua dunia, Carlos Alcaraz, dalam laga final Wimbledon 2025 yang sangat dinantikan. Pertandingan ini menjadi bagian terbaru dari rivalitas terbaik dalam dunia tenis saat ini. Sinner menang dalam empat set dengan skor 4-6, 6-4, 6-4, 6-4, sekaligus membalas kekalahannya dari Alcaraz di final French Open sebelumnya.
Baca juga: Audrey Bianca Pemenang Miss Indonesia 2025
Dominasi Sinner dengan Servis Mematikan
Setelah kehilangan set pertama, Sinner bangkit dengan dominasi penuh berkat servis keras dan konsistennya yang tak terbendung. Alcaraz yang merupakan juara bertahan dua kali asal Spanyol tak mampu menyaingi kekuatan servis Sinner, yang semakin kuat seiring jalannya pertandingan.
Sinner sukses mencegah kebangkitan seperti yang dilakukan Alcaraz di Roland Garros, memastikan kemenangan meyakinkan di Centre Court.
Sinner Ungkap Kunci Kemenangan Usai Kekalahan Pahit di Paris
Dalam pernyataannya setelah pertandingan, Sinner menyebut bahwa kekalahannya di Paris menjadi pelajaran berharga untuk bangkit dan berkembang.
“Kekalahan di Paris sangat berat, tapi yang terpenting bukan bagaimana kamu menang atau kalah, melainkan bagaimana kamu memahami kesalahan dan memperbaikinya. Itulah yang kami lakukan,” ujar Sinner.
“Kami menerima kekalahan itu dan terus bekerja. Itu salah satu alasan kenapa saya bisa memegang trofi ini hari ini.”
Gelar Wimbledon Pertama dan Sejarah Baru untuk Italia
Kemenangan ini menjadi gelar Wimbledon pertama bagi Sinner dan juga Grand Slam pertama yang diraihnya di luar lapangan keras. Sebelumnya, ia telah mengoleksi gelar juara di Australian Open 2024 & 2025, serta US Open 2024.
Dengan hasil ini, Sinner mencetak sejarah sebagai petenis pria pertama dari Italia yang menjuarai Wimbledon.
Baca juga: Jafar Fakhrurozi Lulus Sidang Promosi, Universitas Teknokrat Indonesia Tambah Doktor Bidang Sastra
Sinner: Dari Mimpi Jauh Menjadi Kenyataan
Sinner mengungkapkan rasa bangganya bisa berada di titik ini—mewujudkan mimpi masa kecilnya yang terasa begitu jauh.
“Dulu, saat saya masih kecil, kami tak pernah membayangkan bisa sampai di titik ini. Ini hanyalah mimpi dalam mimpi,” katanya saat membahas perasaannya bersama tim pelatihnya.
“Sekarang saya sedang menjalani mimpi itu, dan rasanya sungguh luar biasa.”
Penulis: Fiska Anggraini