Novel Butter (2017), karya Asako Yuzuki, terinspirasi dari kisah nyata Kanae Kijima, dijuluki “Black Widow”, yang dihukum mati pada 2012 karena meracuni tiga kekasihnya setelah membujuk mereka lewat makanan rumahan. Butter diadaptasi menjadi fiksi feminis yang tajam, mengkritik stereotip budaya Jepang melalui hubungan kompleks antara jurnalis Rika Machida dan narapidana Manako Kajii.
Baca juga: “I Know What You Did Last Summer” Resmi Kembali Tayang!
Media Jepang Terobsesi dengan Penampilan, Bukan Perilaku
Saat kasus Kijima mencuat, media fokus pada penampilan dan kemampuan memasaknya, bukan kejahatannya. Mereka menyorot bahwa Kijima terkenal karena memasak “untuk menyenangkan lelaki” dan memiliki penampakan yang dianggap “kurang menarik” . Menurut Yuzuki, hal itu menjadi sumber kekhawatiran dan memotivasinya menulis Butter sebagai kritik terhadap misogini Jepang
Makanan, Lemak, dan Fatphobia: Konflik yang Menghantam Penonton
Sentral dalam novel ini adalah makanan berlemak—ramen bermentega dan nasi lezat—yang menggambarkan ketegangan antara menikmati dirimu dan tuntutan masyarakat Jepang yang obsesif terhadap tubuh langsing. Yuzuki mendefinisikan Jepang sebagai negara yang “obsesi terhadap fatphobia tinggi” dengan iklan diet dan bedah kosmetik yang merajalela
Seksisme dan #MeToo: Suara Wanita yang Masih Tersisih
Yuzuki juga membahas bagaimana gerakan seperti #MeToo gagal menyentuh Jepang. Kasus Shiori Ito, jurnalis yang menuduh pemerkosaan, menjadi contoh bagaimana media dan budaya kecil membungkam korbannya. Yuzuki menyebut korban dikerdilkan menjadi “aktivis” dan digunakan media sebagai alat sensasional .
Kritik pada Struktur Patriarki Jepang
Menurut Yuzuki, Jepang masih sangat patriarkal—bapak sering memegang kendali penuh dalam keluarga, bahkan mempengaruhi hukum. Di politik dan korporasi, perwakilan wanita tetap kecil: peringkat Jepang hanya 118 dari 146 dalam Global Gender Gap Report 2025
Butter: Prestasi Global dan Resonansi Internasional
Terjemahan bahasa Inggris Butter (2024) menuai kesuksesan internasional: terjual lebih dari 280.000 eksemplar di Inggris dan memenangkan beberapa penghargaan bergengsi, termasuk Waterstones Book of the Year 2024 dan British Book Awards 2025 Kesuksesan ini menunjukkan bahwa isu yang diangkat Yuzuki—seksisme, tekanan sosial, dan fatphobia—bergaung kuat di luar Jepang.
Penulis: Fiska Anggraini