Morning News Summary (16/07/2025)

Pada 16 Juli 2025, Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mencapai kesepakatan tarif impor yang signifikan. Tarif impor barang dari Indonesia ke AS akan turun menjadi 19% dari tarif sebelumnya yang mencapai 32%. Pengumuman ini mengonfirmasi bahwa kedua negara berhasil mencapai kesepakatan setelah melalui proses negosiasi yang diperpanjang, yang sebelumnya dijadwalkan untuk berakhir pada 1 Agustus 2025.

Baca Juga : Jadwal Drawing Babak 4 Kualifikasi Piala Dunia: Kapan, Tayang di Mana?

Kesepakatan ini, yang disampaikan melalui platform media sosial Trump dan pernyataan dari Gedung Putih, menjadi titik terang dalam hubungan perdagangan antara AS dan Indonesia. Ini adalah kesepakatan pertama sejak diperpanjangnya negosiasi tarif AS terhadap negara-negara mitra dagang lainnya, termasuk Indonesia. Kesepakatan ini membuka peluang baru bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor barang ke pasar AS tanpa tarif yang lebih tinggi.

Kondisi Pasar Saham Global: Koreksi pada S&P500 dan Penguatan Dolar AS

Dari sisi pasar saham, S&P500 mengalami koreksi -0,4% pada hari yang sama. Ini terjadi seiring dengan menguatnya dolar AS untuk hari ketujuh berturut-turut. Menguatnya dolar dipengaruhi oleh kekhawatiran pelaku pasar mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga Federal Reserve (Fed) yang semakin menipis. Pasar merespons negatif setelah rilis data inflasi IHK AS pada bulan Juni 2025 yang lebih rendah dari ekspektasi, meskipun penurunan harga mobil menjadi penyumbang utama.

Namun, harga barang yang terkait dengan tarif, seperti mainan, furnitur, peralatan rumah tangga, dan barang olahraga, mengalami lonjakan harga, yang menunjukkan adanya tekanan tarif terhadap inflasi. Penurunan harga mobil tidak cukup menahan kenaikan harga barang lainnya yang dipengaruhi tarif, mencerminkan dampak nyata dari kebijakan tarif.

Fokus Selanjutnya pada Inflasi PPI dan Kebijakan Suku Bunga BI7DRR di Indonesia

Setelah rilis inflasi IHK AS, fokus pasar kini beralih pada indeks harga produsen (PPI) yang akan dirilis malam nanti. Data ini diperkirakan akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi PCE, yang menjadi target utama Federal Reserve (Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter.

Di dalam negeri, Indonesia menghadapi dua peristiwa penting yang dapat menggerakkan pasar. Pertama, kesepakatan tarif impor dengan AS yang disepakati antara Presiden Prabowo dan Presiden Trump, dan kedua, pengumuman suku bunga kebijakan BI7DRR yang dijadwalkan akan diumumkan pada hari yang sama.

Dengan stabilnya nilai tukar rupiah pasca ketegangan internasional terkait perang Israel-Iran, Bank Indonesia diperkirakan akan melanjutkan kebijakan dovish dengan pemangkasan suku bunga sebesar -25 bps. Langkah ini didorong oleh kesepakatan tarif yang semakin jelas dan kestabilan ekonomi domestik.

Pengaruh Terhadap Pasar Saham Indonesia: Fokus pada SSIA dan PTRO

Saham SSIA (Sierad Produce) mendapat perhatian setelah laporan menunjukkan Prajogo kembali menambah kepemilikan sahamnya. Broker yang sering kali ditunjuk sebagai underwriter untuk Prajogo dan sekuritas pelaksana buyback, yaitu Henan Putihrai, menjadi net buyer dengan pembelian saham senilai Rp33,7 miliar. Hal ini memicu spekulasi mengenai kemungkinan akumulasi saham lebih lanjut oleh grup PP dalam SSIA.

Selain itu, PTRO (PT Petrosea) mengumumkan kontrak baru senilai sekitar Rp3,5 triliun untuk jangka waktu 5 tahun dengan PT Barasentosa Lestari (BSL). Kontrak ini mencakup jasa pengupasan dan pemindahan lapisan penutup pada tambang batu bara BSL, memberikan prospek yang lebih cerah bagi perusahaan terkait.

Baca Juga : Peluang Bisnis Ramah Lingkungan: Cuan Sambil Jaga Bumi!

Kesimpulan: Dampak Positif dan Fokus Pasar Ke Depan

Kesepakatan tarif AS-Indonesia yang baru tercapai memberikan optimisme terhadap hubungan perdagangan kedua negara. Dengan tarif impor yang lebih rendah, Indonesia diuntungkan dengan akses pasar yang lebih terbuka. Sementara itu, pasar saham di seluruh dunia dan Indonesia masih dipengaruhi oleh faktor-faktor inflasi, perubahan kebijakan suku bunga, dan pergerakan mata uang dolar AS.

Selain itu, rilis data inflasi PPI dan keputusan Bank Indonesia mengenai suku bunga akan menjadi faktor kunci yang mempengaruhi pergerakan pasar selanjutnya. Menghadapi ketidakpastian geopolitik dan kebijakan moneter, investor akan tetap memperhatikan dinamika pasar untuk mengantisipasi langkah-langkah selanjutnya dari Fed dan Bank Indonesia.

Penulis : Anggun novalia

More From Author

Apple Kehilangan Talenta AI, Ruoming Pang Pindah ke Meta

Apple Kehilangan Talenta AI, Ruoming Pang Pindah ke Meta

Jurassic World Rebirth 4K Steelbook Kini Tersedia untuk Preorder!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories