Berikut adalah perkembangan utama dari perang Rusia-Ukraina yang terjadi pada hari ini, sementara kami menutup siaran langsung kami:
- Pernyataan Medvedev terhadap Ultimatum Trump
Dmitry Medvedev, pejabat tinggi keamanan Rusia, menanggapi dengan skeptis “ultimatum teatrikal” 50 hari yang diberikan oleh Donald Trump. Trump mengumumkan kesepakatan untuk mengirimkan lebih banyak senjata ke Ukraina melalui NATO, serta ancaman terhadap tarif yang lebih tinggi untuk Rusia. - Dukungan Beberapa Negara Eropa untuk Pembelian Senjata AS
Beberapa negara seperti Denmark, Belanda, dan Swedia menyatakan akan berpartisipasi dalam skema AS untuk membeli senjata bagi Ukraina yang disetujui oleh negara-negara anggota NATO. - Pengunduran Diri Perdana Menteri Ukraina
Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal, dilaporkan mengajukan surat pengunduran diri sebagai bagian dari perombakan besar pemerintahan yang dijadwalkan minggu ini. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengusulkan Yulia Svyrydenko, wakil perdana menteri pertama, untuk mengisi posisi tersebut. - Uni Eropa Tidak Setujui Sanksi Baru Terhadap Rusia
Uni Eropa gagal menyetujui putusan sanksi baru terhadap Rusia setelah Slovakia meminta penundaan voting mengenai hal tersebut.
Baca juga : Gempa Bumi Dangkal Magnitudo 2,6 Guncang Kabupaten Bekasi, Tidak Ada Kerusakan Laporan
Ceko Tidak Akan Ikut dalam Pembelian Senjata untuk Ukraina
Perdana Menteri Ceko, Petr Fiala, mengonfirmasi bahwa Ceko tidak akan bergabung dalam pembelian senjata untuk Ukraina di bawah skema AS yang diumumkan pada hari Senin kemarin. Menurut laporan dari publico.cz, Ceko memilih untuk fokus pada inisiatif lainnya, seperti inisiatif amunisi, di mana mereka mengadakan pembelian peluru besar-besaran di seluruh dunia dengan pendanaan dari sekutu.
Kebijakan Gedung Putih dan Respons dari Pendukung Trump
Paket senjata ini dianggap sebagai contoh dari kebijakan “perdamaian melalui kekuatan” yang dijalankan oleh Gedung Putih. Namun, beberapa pendukung Trump, termasuk anggota Kongres Marjorie Taylor Greene dan mantan ahli strategi Steve Bannon, menunjukkan reaksi negatif terhadap kesepakatan tersebut, terutama mengenai adanya tenggat waktu 50 hari.
Banyak dari gerakan MAGA yang berpendapat bahwa ini adalah perang Eropa dan bahwa Amerika Serikat tidak seharusnya terlibat atau bertanggung jawab atasnya. Mereka menganggap keputusan ini dibuat oleh elit yang berdampak buruk pada kelas pekerja dan menengah di AS, yang sebagai pembayar pajak harus menanggung biaya ini.
Namun, Gedung Putih menegaskan bahwa kesepakatan ini hanya mencakup pembuatan senjata di AS, dengan NATO yang membeli dan mendistribusikan senjata-senjata tersebut.
Reaksi Meloni Terhadap Kebijakan Trump tentang Rusia
Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, menyambut perubahan sikap AS terhadap Rusia, yang mencakup ancaman Trump untuk memberlakukan pembatasan perdagangan yang berat terhadap Moskow jika kesepakatan perdamaian tidak tercapai dalam 50 hari. Komentar Meloni datang hanya dua hari setelah Italia menjanjikan bantuan lebih dari 10 miliar euro ($11,6 miliar) untuk membantu membangun masa depan Ukraina dalam Konferensi Pemulihan Ukraina di Roma.
Kallas Sedih atas Gagalnya Sanksi Baru terhadap Rusia
Kaja Kallas, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, mengungkapkan kesedihannya setelah Uni Eropa gagal menyetujui sanksi baru terhadap Rusia. Meskipun Slovakia meminta penundaan, Kallas berharap putaran ke-18 sanksi akan disetujui pada hari berikutnya. Ia menekankan bahwa sanksi tersebut penting untuk mengurangi kemampuan Rusia dalam melanjutkan perang dan Uni Eropa akan terus melaksanakan sanksi ini.
Kallas juga menyambut baik pengumuman paket senjata baru oleh Presiden AS, meskipun ia berharap AS bisa lebih banyak berbagi beban tersebut. “Jika Anda berjanji untuk memberikan senjata, namun mengatakan bahwa pihak lain yang akan membayar, itu tidak benar-benar diberikan oleh Anda,” katanya.
Dampak Potensial dari Sanksi Sekunder Terhadap Energi Rusia
Beberapa ahli memperkirakan bahwa penurunan tajam aliran energi Rusia akibat sanksi sekunder kemungkinan besar akan meningkatkan harga energi global, terutama gas alam. Kieran Tompkins, ekonom senior di Capital Economics, menyatakan bahwa “pasar minyak tampaknya memiliki kapasitas cadangan yang cukup untuk mengimbangi hilangnya ekspor Rusia,” tetapi sanksi terhadap ekspor minyak mentah dan produk petroleum Rusia dapat mengurangi pendapatan ekspor Moskow sebesar $75 miliar. Ini dapat menyebabkan “krisis fiskal” di Rusia, yang mengarah pada peningkatan penerbitan utang, lonjakan hasil obligasi, dan tekanan untuk pengetatan fiskal yang luas.
Penulis : Dina eka anggraini