Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga BI Rate Setelah Tarif Impor AS Turun

Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga BI Rate Setelah Tarif Impor AS Turun

Pada Rabu, 16 Juli 2025, Bank Indonesia (BI) mengumumkan penurunan suku bunga BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,25%, serta penurunan pada deposit facility dan lending facility masing-masing sebesar 25 bps menjadi 4,5% dan 6%. Keputusan ini dilakukan dengan mempertimbangkan proyeksi inflasi yang tetap rendah dan stabilitas nilai tukar rupiah, serta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga : Review Remake “I Know What You Did Last Summer”: Slasher Tanpa Sensasi, Siapa Peduli?

Pemangkasan BI Rate Sebagai Upaya Mendukung Ekonomi

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa penurunan suku bunga ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan kredit dan ekonomi. BI mempertahankan target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kisaran +4,6% hingga +5,4% YoY pada 2025, meski proyeksi sebelumnya telah mengalami dua kali revisi.

“Inflasi dan inflasi inti diproyeksikan tetap rendah di bawah target ± 2,5% dalam dua tahun mendatang. Hal ini mendukung keputusan kami untuk memangkas suku bunga,” jelas Perry Warjiyo.

Imbas Penurunan Tarif Impor AS Terhadap Ekonomi

Dalam perkembangan lain, ketidakpastian perdagangan mulai mereda setelah AS menurunkan tarif impor barang dari Indonesia dari 32% menjadi 19%. Perry menambahkan bahwa penurunan tarif ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut dan memberikan kepastian bagi dunia usaha dalam membuat keputusan bisnis ke depan.

Namun, meskipun ada potensi peningkatan pertumbuhan, nilai tukar rupiah melemah 0,11% pada level 16.278 dan IHSG menguat 0,7% ke level 7.192 pada hari yang sama. Investor tampak menilai dampak jangka pendek yang terbatas dari penurunan tarif tersebut terhadap perekonomian Indonesia.

Kesepakatan Perdagangan Indonesia-AS

Pemerintah Indonesia, melalui Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, mengatakan bahwa perjanjian dengan AS termasuk kesepakatan impor energi, produk pertanian, dan pesawat Boeing senilai miliaran dolar. Namun, detail lebih lanjut mengenai jangka waktu kesepakatan dan akses pasar yang diberikan kepada AS masih belum dipublikasikan.

Beberapa poin penting dari kesepakatan ini antara lain:

  • Indonesia tidak akan mengenakan tarif impor atau hambatan non-tarif untuk barang-barang dari AS.
  • Indonesia berkomitmen untuk mengimpor energi, produk pertanian, dan pesawat Boeing dari AS.
  • Penambahan tarif jika ada transshipment dari negara dengan tarif lebih tinggi.

Respon Pasar dan Proyeksi Ke Depan

Meski ada potensi dampak positif dari penurunan tarif, pergerakan pasar terlihat muted, dengan sebagian besar investor menunggu informasi lebih lanjut terkait detail kesepakatan dan akses pasar yang diberikan kepada AS.

Investor asing cenderung akan lebih tertarik jika ada perbaikan lebih lanjut dalam indikator ekonomi Indonesia yang jelas dan terukur. Sebagai langkah antisipasi, Bank Indonesia dan pemerintah diharapkan dapat terus memperjelas dampak jangka panjang dari kesepakatan dagang ini untuk memperkuat perekonomian domestik.


TPIA Klarifikasi Rumor Akuisisi Bisnis SPBU Exxon

Pada hari yang sama, PT Chandra Asri Pacific (TPIA) mengklarifikasi kabar yang beredar mengenai rencana akuisisi bisnis SPBU Exxon Mobil di Singapura. TPIA menyatakan bahwa belum ada perjanjian definitif terkait joint venture dengan Exxon. Meskipun demikian, TPIA terbuka terhadap peluang usaha yang dapat mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan kinerjanya.

TPIA dan Glencore Tanggapi Rumor Akuisisi Exxon

Rumor tentang akuisisi tersebut berasal dari laporan Bloomberg yang mengungkapkan bahwa Aster Chemicals and Energy, joint venture antara TPIA dan Glencore, sedang dalam pembicaraan untuk membeli bisnis SPBU Exxon di Singapura. Namun, TPIA mengonfirmasi bahwa tidak ada kesepakatan resmi yang tercapai hingga saat ini.

Baca Juga : Rahasia Software Produktif: Tingkatkan Kinerja Tim Anda 10x Lipat!


Berita Perusahaan Lainnya

  • $DATA: Remala Abadi dan anak perusahaannya, PT PC 24 Cyber Indonesia, menandatangani fasilitas kredit modal kerja dengan Bank Central Asia (BBCA) senilai 250 miliar rupiah.
  • $MTEL: Dayamitra Telekomunikasi mengklarifikasi bahwa mereka tidak mengetahui informasi terkait rencana merger dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG), meskipun mereka selalu mengevaluasi opsi strategis dalam merespons dinamika industri telekomunikasi.
  • $WIKA: Wijaya Karya mencatatkan kontrak baru sebesar 4,3 triliun rupiah selama 1H25, meskipun mengalami penurunan 58% YoY.
  • $CGAS: Citra Nusantara Gemilang mengumumkan bahwa mereka telah mendapatkan surat penetapan dari pemerintah mengenai alokasi gas bumi dari Lapangan Galian, yang akan digunakan untuk proyek LNG Station Galian Karawang.

Penulis : Tamtia Gusti Riana

More From Author

Viral Video TKI Diduga Picu Kebakaran di Jepang, KJRI: Belum Pasti Ulah WNI

Tempat Menonton Cincinnati FC vs Inter Miami di MLS 2025: Tanggal, Waktu, dan Cara Menonton Secara Langsung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories