Suriah baru-baru ini mengumumkan bahwa tentara mereka telah mulai menarik pasukan dari kota Suweyda, yang terletak di selatan negara itu dan mayoritas penduduknya adalah komunitas Druze. Penarikan ini dilakukan setelah terjadinya gelombang kekerasan yang hebat di wilayah tersebut pada 16 Juli 2025. Kejadian ini terjadi setelah serangan Israel di ibu kota Damaskus dan permintaan dari Amerika Serikat (AS) agar pasukan Suriah segera mundur dari wilayah tersebut.
Baca juga : Saham CUAN Konglomerat Prajogo Pangestu Terjun, Harga Baru Hasil Stock Split Menjadi Rp1.600-an
AS Desak Penarikan Pasukan Suriah
Amerika Serikat, yang dikenal sebagai sekutu dekat Israel, telah berusaha memperbaiki hubungan dengan Suriah dalam beberapa waktu terakhir. AS menekankan pentingnya ketenangan di wilayah tersebut dan mendesak semua pihak untuk memenuhi komitmen yang telah mereka buat terkait penghentian kekerasan. Kejaksaan Agung Suriah sebelumnya telah mengumumkan bahwa gencatan senjata baru akan diberlakukan di Suweyda, yang bertujuan untuk menghentikan operasi militer setelah bentrokan hebat yang menewaskan lebih dari 350 orang sejak Minggu sebelumnya.
Dalam pernyataan yang diterbitkan pada Kamis 17 Juli 2025, Kementerian Pertahanan Suriah mengungkapkan bahwa tentara Suriah telah mulai menarik diri dari Suweyda sebagai bagian dari implementasi perjanjian yang disepakati, setelah berakhirnya operasi penggerebekan untuk mencari kelompok-kelompok terlarang di kota tersebut.
Ketegangan di Suweyda dan Dampaknya
Meskipun gencatan senjata diumumkan, kekerasan di Suweyda tetap berlanjut. Saksi mata melaporkan bahwa pasukan pemerintah Suriah tampaknya bergabung dengan suku Badui dalam serangan terhadap warga sipil Druze di kota tersebut. Menurut pemantau perang Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), lebih dari 350 orang telah tewas, termasuk pasukan pemerintah, pejuang lokal, dan 27 warga sipil Druze yang dieksekusi secara singkat dalam pertempuran tersebut.
Kepresidenan Suriah berjanji untuk menyelidiki “tindakan keji” yang terjadi di Suweyda dan menindak tegas semua pihak yang terbukti terlibat dalam kekerasan tersebut. Bentrokan ini, yang dimulai dengan penculikan seorang pedagang sayur Druze oleh suku Badui, memperburuk ketegangan antara kedua kelompok yang telah lama berselisih.
Peran Israel dalam Konflik
Israel, yang memiliki komunitas Druze sendiri, telah menunjukkan dukungannya terhadap kelompok Druze di Suriah. Israel melancarkan serangan udara di Suweyda awal pekan ini, yang diklaim sebagai bagian dari upaya membela komunitas Druze dari serangan pasukan Suriah. Setelah serangan di Suweyda, Israel kembali melancarkan serangan ke ibu kota Damaskus pada hari Rabu.
Serangan tersebut mengenai beberapa sasaran militer, termasuk kompleks kementerian pertahanan Suriah dan area sekitar istana presiden. Meskipun Israel mengklaim bahwa serangan tersebut dilakukan untuk melindungi komunitas Druze, beberapa analis berpendapat bahwa langkah ini juga bertujuan untuk mengejar tujuan militernya, seperti menjaga pasukan Suriah tetap jauh dari perbatasan mereka di Dataran Tinggi Golan.
Gencatan Senjata dan Komite Pengawas
Setelah kekerasan yang berlangsung selama beberapa hari, Suriah mengumumkan bahwa gencatan senjata baru telah disepakati. Kementerian Dalam Negeri Suriah menyatakan bahwa operasi militer akan dihentikan sepenuhnya di Suweyda dan komite yang terdiri dari perwakilan pemerintah serta para pemimpin spiritual Druze akan dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan gencatan senjata tersebut. Namun, meskipun gencatan senjata diumumkan, laporan dari para koresponden di lapangan menunjukkan bahwa tembakan masih terdengar di kota tersebut.
Salah satu pemimpin spiritual utama Druze di Suriah, Sheikh Youssef Jarboua, membacakan 10 poin kesepakatan yang mencakup integrasi penuh provinsi Suweyda ke dalam negara Suriah, meskipun wilayah tersebut sebelumnya dikuasai oleh para pejuang Druze.
Kesimpulan
Bentrokan antara suku Badui dan Druze di Suweyda serta peran pasukan pemerintah Suriah yang terlibat dalam konflik ini telah memperburuk situasi di wilayah tersebut. Gencatan senjata yang diumumkan oleh pemerintah Suriah dan keterlibatan pihak-pihak internasional, termasuk AS dan Israel, menunjukkan betapa pentingnya menyelesaikan konflik ini untuk memastikan stabilitas di wilayah tersebut. Sementara itu, janji pemerintah Suriah untuk menyelidiki tindakan kekerasan yang terjadi akan menjadi perhatian banyak pihak di tingkat internasional.
Penulis : Dina eka anggraini