Stellantis, induk dari merek-merek seperti Chrysler, Dodge, Jeep, dan Citroen, mengumumkan bahwa mereka telah memutuskan untuk menghentikan program pengembangan teknologi sel bahan bakar hidrogen. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan kurangnya kemajuan dalam pasar hidrogen.
Baca Juga : Momen Sungkeman Maula Akbar dan Putri Karlina Usai Akad Nikah Bikin Haru Netizen
Menghentikan Rencana Peluncuran Kendaraan Hidrogen
Sebagai bagian dari keputusan ini, Stellantis mengungkapkan bahwa mereka membatalkan rencana untuk meluncurkan serangkaian kendaraan berbahan bakar hidrogen tahun ini. Sebelumnya, perusahaan tersebut telah memasukkan perluasan teknologi sel bahan bakar hidrogen dalam rencana strategis mereka, Dare Forward 2030, yang diluncurkan pada 2022. Dalam rencana tersebut, Stellantis menargetkan kapasitas produksi kendaraan berbahan bakar hidrogen lebih dari 10.000 unit per tahun pada 2025.
Pada tahun 2023, Stellantis juga mengakuisisi saham sebesar 33% di perusahaan sistem sel bahan bakar hidrogen, Symbio, bersama dengan mitra usaha patungan mereka, Michelin dan penyedia teknologi otomotif Faurecia. Stellantis bahkan mengumumkan rencana untuk memulai produksi skala industri kendaraan van hidrogen “Pro One” di pabrik mereka di Hordain, Prancis, dan Gliwice, Polandia, pada tahun 2024.
Faktor yang Menyebabkan Pembatalan
Namun, dalam pembaruan terbaru, Stellantis menyatakan bahwa mereka tidak lagi akan meluncurkan van sel bahan bakar hidrogen baru dan telah memulai diskusi dengan pemegang saham Symbio untuk mengevaluasi dampak keputusan ini terhadap pasar. Stellantis diketahui menyumbang sebagian besar volume bisnis Symbio.
Baca Juga : Kenali Routing dengan Mudah: Dasar dan Penerapannya
Menurut Stellantis, keputusan ini diambil berdasarkan sejumlah faktor, termasuk keterbatasan infrastruktur pengisian hidrogen, kebutuhan modal yang tinggi, serta perlunya insentif pembelian yang lebih kuat bagi konsumen. Perusahaan ini juga menambahkan bahwa mereka “tidak mengantisipasi adopsi kendaraan komersial ringan berbahan bakar hidrogen sebelum akhir dekade ini.”
Penulis : Tamtia Gusti Riana