Laporan Baru dari Direktur Intelijen AS Picu Kontroversi Politik
Direktorat Intelijen Nasional Amerika Serikat merilis laporan baru yang memunculkan kembali perdebatan terkait dugaan intervensi Rusia dalam Pemilihan Presiden AS tahun 2016. Laporan ini dipandang sebagai upaya dari pemerintahan Trump untuk merusak penilaian intelijen sebelumnya yang menyebut Rusia berpihak pada Donald Trump saat itu.
Baca juga : Fluminense kebobolan gol di menit akhir dan kalah dalam derby melawan Flamengo
Gabbard Sebut Ada Konspirasi Pengkhianatan dari Pejabat Era Obama
Tulsi Gabbard, selaku Direktur Intelijen Nasional, menyatakan bahwa dokumen yang dirilis menunjukkan adanya “konspirasi pengkhianatan” dari para pejabat tinggi pemerintahan Obama yang diduga bertujuan untuk menjatuhkan Trump.
Namun, pernyataan ini langsung ditolak oleh berbagai tokoh Demokrat. Jim Himes, ketua fraksi Demokrat di Komite Intelijen DPR AS, menyebut tuduhan Gabbard sebagai “tidak berdasar”.
Penilaian Lama: Rusia Mempengaruhi Opini, Bukan Hasil Pemilu
Selama bertahun-tahun, lembaga intelijen dan Komite Intelijen Senat—baik yang dipimpin Demokrat maupun Republik—telah meneliti pengaruh Rusia dalam pilpres 2016. Hasilnya menyimpulkan bahwa:
- Rusia tidak mengubah suara atau hasil pemilu secara langsung.
- Mereka mengakses data pendaftaran pemilih di beberapa negara bagian seperti Illinois dan Arizona.
- Rusia melakukan operasi pengaruh, seperti menyebarkan disinformasi melalui media sosial dan membocorkan dokumen dari Komite Nasional Demokrat (DNC) untuk merugikan Hillary Clinton.
Laporan Baru Dianggap Mengaburkan Fakta
Menurut para kritikus, termasuk Senator Demokrat Mark Warner, laporan baru dari Gabbard mencampuradukkan dua hal berbeda, yakni peretasan sistem pemilu dan kampanye disinformasi.
Warner mengatakan bahwa laporan ini adalah “usaha manipulasi data intelijen,” dan menegaskan bahwa tidak ada bukti manipulasi langsung terhadap infrastruktur pemilu oleh Rusia, seperti yang juga ditegaskan dalam laporan intelijen tahun 2016.
Kontroversi Email dan Investigasi John Brennan
Laporan dari Gabbard menyoroti sebuah email dari asisten mantan Direktur Intelijen James Clapper yang menyebut Presiden Obama meminta evaluasi ulang atas aksi Rusia. Namun, hal ini telah lama diketahui publik: Obama kala itu memang meminta laporan lengkap dari komunitas intelijen sebelum masa jabatannya berakhir.
Menariknya, CIA dalam evaluasi terbarunya mengkritik kecepatan penyusunan laporan 2016 dan telah merujuk mantan Direktur CIA John Brennan ke FBI untuk penyelidikan lebih lanjut.
Penilaian Terbaru: Rusia Masih Lanjutkan Operasi Pengaruh
Ironisnya, laporan intelijen terbaru pada Maret lalu—di bawah pengawasan Gabbard sendiri—masih menyatakan bahwa Rusia terus melakukan operasi pengaruh untuk mengganggu demokrasi AS dan menabur perpecahan di masyarakat Barat.
Warner menekankan, laporan Gabbard yang menyerang penilaian 2016 justru bertentangan dengan temuan di bawah kepemimpinannya sendiri.
Penutup: Polemik yang Belum Usai
Kontroversi seputar laporan ini menunjukkan betapa isu campur tangan asing dalam pemilu Amerika masih menjadi topik sensitif. Meski Gabbard menuding adanya manipulasi dari pihak Obama, bukti yang tersedia sejauh ini menunjukkan bahwa intelijen AS dan penyelidikan bipartisan mendukung keabsahan laporan 2016.
Penulis : Naysila pramuditha azh zahra