Selama beberapa dekade, ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) telah menjadi landasan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik, diakui sebagai model diplomasi yang berlandaskan konsensus dan penyeimbang terhadap dominasi Tiongkok. Namun, pada tahun 2025, gambaran tersebut telah mulai terkikis, dan ASEAN tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Blok ini kini terfragmentasi dan lumpuh menghadapi ancaman regional yang semakin kompleks.
Baca juga: Kejaksaan Tanggapi Kasus Korupsi Besar, Namun Publik Masih Meragukan Seriusnya Penindakan
Krisis Internal: Myanmar dan Ketidakmampuan ASEAN Mengatasi Konflik
Krisis internal ASEAN semakin mencuat, terutama dalam menghadapi konflik Myanmar, di mana junta militer yang merebut kekuasaan pada tahun 2021 semakin memperburuk keadaan. Negara ini kini terjebak dalam perang saudara, dengan kelompok perlawanan yang menguasai wilayah perbatasan, sementara rezim militer terus melakukan kejahatan perang tanpa adanya resolusi diplomatik yang berarti. Meskipun Konsensus Lima Poin ASEAN sempat diharapkan sebagai solusi perdamaian, kenyataannya justru memperlihatkan ketidakmampuan ASEAN untuk bertindak efektif. Blok ini tetap mempertahankan keanggotaan Myanmar meskipun ada tekanan internasional, dan hanya mengambil langkah simbolis dengan mengecualikan junta dari pertemuan tingkat tinggi.
Perpecahan Negara-Negara Anggota ASEAN: Thailand dan Kamboja
Perpecahan di dalam ASEAN bukan hanya terlihat di Myanmar, tetapi juga di negara-negara anggota lainnya. Thailand, yang selama ini dianggap sebagai kekuatan penstabil di kawasan, kini terjebak dalam dinamika politik domestik yang tidak stabil. Setelah pemilu 2023, meskipun partai progresif Move Forward memenangkan kursi terbanyak, koalisi yang dibentuk dengan partai militer justru memunculkan ketidakpercayaan di antara pemilih. Situasi ini semakin diperburuk dengan skandal politik yang melibatkan Hun Sen dari Kamboja, yang mengalihkan kekuasaan kepada putranya, Hun Manet, tanpa adanya transparansi yang signifikan.
Struktur ASEAN yang Usang: Tidak Lagi Sesuai dengan Tuntutan Geopolitik Saat Ini
Model konsensus yang selama ini menjadi dasar ASEAN kini tidak lagi efektif menghadapi tantangan geopolitik saat ini, terutama di tengah persaingan besar antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Tidak ada suara bersama dalam masalah-masalah utama seperti keamanan, demokrasi, perdagangan, dan teknologi, yang menjadi isu penting dalam iklim geopolitik modern.
Ketidakmampuan ASEAN untuk bertindak secara kohesif telah terbukti dalam banyak kasus, terutama dalam ketegangan Laut Cina Selatan. ASEAN bahkan gagal untuk mengeluarkan pernyataan kecaman bersama terhadap agresi maritim Tiongkok, meskipun negara-negara anggotanya terlibat langsung dalam konflik tersebut.
Pengaruh Tiongkok yang Semakin Menguat di ASEAN
Dulu dianggap sebagai pusat perdagangan yang cukup kohesif, kini ASEAN telah melihat perubahan signifikan dalam hubungan dagangnya. Tiongkok kini menjadi mitra dagang terbesar hampir untuk setiap negara ASEAN, sementara Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) semakin mengokohkan peran Beijing di kawasan ini. Dengan adanya kesepakatan yang saling bersaing antara negara-negara anggota ASEAN dan Tiongkok, posisi regional semakin terfragmentasi.
Dampak Kemunduran ASEAN pada Strategi Amerika Serikat
Bagi Amerika Serikat (AS), ASEAN selama ini telah menjadi elemen kunci dalam strategi diplomatik di kawasan Indo-Pasifik. Namun, jika ASEAN tidak dapat lagi berfungsi sebagai mitra yang andal, AS mungkin perlu mencari koalisi mini-lateral dengan negara-negara seperti Filipina, Vietnam, atau Indonesia. Hal ini juga berisiko memberi keuntungan bagi Tiongkok, yang telah lama memanfaatkan perpecahan ASEAN untuk memperlemah perlawanan regional terhadap pengaruhnya.
Apa yang Bisa Diharapkan untuk Masa Depan ASEAN?
ASEAN mungkin tidak akan mati dalam waktu dekat, namun semakin jelas bahwa ia mengalami kemunduran yang signifikan. Dengan kurangnya kesatuan di antara anggotanya dan ketidakmampuan untuk menghadapi tantangan regional yang semakin kompleks, ASEAN kini menjadi semakin rentan. Hingga negara-negara anggotanya dan mitra internasional mengakui realitas ini, kawasan Asia Tenggara akan tetap menghadapi ancaman dari dalam dan luar, dengan potensi kehancuran yang semakin nyata.
Baca juga: Apa Itu Keamanan Cloud dan Mengapa Perusahaan Harus Memprioritaskannya?
Penutup
Meskipun ASEAN tetap menjadi kawasan yang sangat penting secara ekonomi dan strategis, lembaga politik ini kini tengah menghadapi tantangan besar yang bisa meruntuhkan fondasi kerjasama yang telah lama ada. Jika reformasi struktural tidak dilakukan, masa depan ASEAN sebagai pemimpin diplomasi regional akan semakin terancam.
Penulis: Nazwatun nurul inayah