Pelajaran dari Timur Tengah: Bagaimana ASEAN Bisa Menghindari Perpecahan dan Menjaga Stabilitas Regional

Pelajaran dari Timur Tengah: Bagaimana ASEAN Bisa Menghindari Perpecahan dan Menjaga Stabilitas Regional

Dalam dunia yang semakin terpolarisasi, ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan relevansinya sebagai blok regional yang stabil. Artikel ini menganalisis pelajaran yang dapat diambil dari krisis Timur Tengah dan bagaimana ASEAN dapat menghindari fragmentasi yang sama yang mengancam kawasan tersebut.

Baca juga: BEI Soroti Risiko Gagal Bayar Anak Usaha ENRG


Krisis Timur Tengah dan Tantangan bagi ASEAN

Timur Tengah telah lama menjadi contoh ketidakstabilan yang mengancam perdamaian global. Ketidakmampuan negara-negara di kawasan tersebut untuk bersatu telah membuka pintu bagi manipulasi eksternal dan eksploitasi. ASEAN, yang selama ini berbangga dengan netralitas dan konsensus, kini dihadapkan pada kenyataan bahwa model ini mungkin tidak cukup untuk menghadapi tantangan geopolitik saat ini. ASEAN harus belajar dari pengalaman Timur Tengah untuk menghindari perpecahan internal dan memastikan masa depan yang lebih stabil.


Konsensus ASEAN yang Rapuh: Tantangan dari Persaingan Kekuatan Besar

Meskipun ASEAN terkenal dengan pendekatannya yang hati-hati dan berkelanjutan dalam diplomasi, persaingan kekuatan besar di kawasan ini, terutama terkait dengan Laut Cina Selatan, telah menyingkap kelemahan struktural. Beberapa negara anggota, seperti Vietnam dan Filipina, menanggapi lebih tegas terhadap agresi maritim, sementara negara lain seperti Kamboja dan Laos cenderung mengakomodasi Tiongkok, memunculkan perpecahan dalam blok ini.

Penting bagi ASEAN untuk memperkuat kerangka keamanan kolektifnya, agar tidak terjebak dalam fragmentasi strategis yang sudah melanda Timur Tengah. Kohesi strategis yang lebih besar diperlukan agar ASEAN dapat bertindak dengan suara bulat dalam menghadapi tantangan besar di kawasan ini.


Tekanan Eksternal dan Pengaruh Kekuatan Global

ASEAN kini menghadapi tekanan yang semakin besar dari kekuatan eksternal seperti China, Amerika Serikat, India, Jepang, dan Uni Eropa, yang semua berlomba untuk memperoleh pengaruh di kawasan tersebut. Keberadaan Quad dan AUKUS semakin menegaskan pentingnya kawasan ini dalam strategi geopolitik global, yang berpotensi membawa ASEAN terjebak dalam persaingan yang selama ini ingin dihindari.

Tanpa kohesi strategis yang lebih besar, ASEAN berisiko terjebak dalam pola perpecahan yang sama seperti yang terjadi di Timur Tengah, menjadi arena persaingan kekuatan alih-alih aktor yang membentuk masa depannya sendiri.


Pelajaran yang Dapat Diambil dari Timur Tengah: Membangun Koordinasi Keamanan yang Kuat

Krisis di Timur Tengah mengajarkan bahwa ketidakmampuan untuk bertindak secara kolektif dan fragmentasi dalam kebijakan luar negeri membuat negara-negara rentan terhadap manipulasi eksternal. ASEAN harus menyadari bahwa kekuatan kolektif tidak terletak pada jumlah anggotanya, tetapi pada kemampuannya untuk bertindak dengan suara bulat.

ASEAN perlu memperkuat struktur kelembagaannya untuk memungkinkan koordinasi yang lebih efektif dalam isu-isu seperti keamanan regional, perdagangan, dan kejahatan transnasional. Pendekatan ini termasuk membangun pusat koordinasi maritim regional, patroli bersama, dan pasukan tanggap cepat untuk menghadapi ancaman non-tradisional seperti pembajakan dan serangan siber.


Menghindari Militerisasi dan Memperkuat Daya Tawar ASEAN

ASEAN perlu mengambil sikap tegas terhadap militerisasi wilayahnya oleh kekuatan eksternal. Keberadaan pangkalan asing dan kesepakatan senjata yang ada di Timur Tengah menunjukkan bagaimana pengaruh luar dapat mengubah dinamika kawasan. Untuk itu, ASEAN perlu meningkatkan transparansi dan membangun dialog terbuka mengenai perjanjian militer, transfer senjata, dan pembagian informasi intelijen dengan negara besar.

Di samping itu, ASEAN harus mengembangkan kode etik untuk mengelola masalah Laut Cina Selatan dan aktivitas militer asing di kawasan ini. Dengan menciptakan garis merah yang jelas dan memfasilitasi pertukaran informasi antar negara anggota, ASEAN dapat memperkuat posisinya di panggung global.


Menguatkan Nilai-Nilai Politik ASEAN: Menegakkan Norma dan Tanggung Jawab

Sikap non-intervensi yang selama ini dijunjung oleh ASEAN kini harus bertransformasi. Krisis Myanmar menjadi ujian nyata bagi tekad ASEAN untuk menegakkan norma-norma dasar pemerintahan yang baik dan ketertiban regional. Jika ASEAN gagal menyelesaikan krisis ini, maka otoritas moral dan kohesi kawasan akan semakin terancam.

ASEAN harus mengambil langkah lebih tegas untuk menanggapi tantangan internal dan eksternal dengan memperkuat nilai-nilai politiknya dan memastikan bahwa norma-norma tersebut tidak hanya menjadi simbol semata.

Baca juga: Tips Mengoptimalkan Keamanan di Cloud untuk Mencegah Akses Tidak Sah


Kesimpulan: ASEAN di Persimpangan Jalan

Timur Tengah mengingatkan ASEAN akan bahaya ketidakstabilan dan perpecahan yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk bersatu secara efektif. Untuk menghindari nasib serupa, ASEAN harus belajar dari sejarah Timur Tengah dan beradaptasi dengan realitas geopolitik yang baru. Dengan memperkuat koordinasi keamanan dan memastikan suara bulat dalam kebijakan luar negeri, ASEAN dapat menghindari fragmentasi dan menjaga stabilitas di kawasan Asia Tenggara.

Masa depan ASEAN sebagai blok regional yang stabil bergantung pada kemampuannya untuk mengatasi tantangan ini dengan kesadaran dan tindakan yang tepat sebelum badai geopolitik datang.

Penulis: Nazwatun nurul inayah

More From Author

Praktis! Begini Cara Nonton TV di HP Tanpa Aplikasi

Praktis! Begini Cara Nonton TV di HP Tanpa Aplikasi

Eduardo Domínguez Menerima Dukungan, Para Pemain Estudiantes Bangkit Tepat Waktu untuk Kalahkan Huracán

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories