Pasar keuangan Indonesia menunjukkan fluktuasi yang signifikan setelah IHSG terkoreksi 0,72%, mengakhiri reli 11 hari berturut-turut. Sentimen yang mempengaruhi pergerakan pasar, termasuk pelemahan saham-saham Prajogo Pangestu, ketegangan dagang AS-Uni Eropa, dan kebijakan The Fed, memberikan gambaran ketidakpastian yang dapat mempengaruhi IHSG lebih lanjut.
Baca Juga : Kejaksaan RI Resmi Kelola Pengelolaan Rupbasan Tahap II
IHSG Terhenti Setelah Reli Panjang
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya mencatatkan koreksi setelah sebelumnya mencetak rekor penguatan selama 11 hari berturut-turut. Penurunan IHSG sebesar 0,72% pada Selasa (22/7/2025) menunjukkan bahwa pasar telah kehabisan momentum. Faktor utama yang mendorong penurunan ini adalah pelemahan saham-saham yang terkait dengan konglomerat Prajogo Pangestu, seperti PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).
Namun, saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) menunjukkan kinerja yang berbeda, tetap mencatatkan Auto Reject Atas (ARA) sejak pencatatannya di bursa pada 9 Juli 2025.
Pertumbuhan Uang Beredar dan Pengaruhnya terhadap IHSG
Pada Juni 2025, Bank Indonesia (BI) mencatatkan pertumbuhan uang beredar (M2) sebesar 6,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun ada kenaikan, pertumbuhan kredit sedikit melambat menjadi 7,6% (yoy), yang berpotensi mempengaruhi sentimen pasar keuangan.
Selain itu, posisi aktiva luar negeri yang tumbuh stabil menunjukkan adanya dinamika yang dapat mendukung pergerakan IHSG. Namun, penurunan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat dapat menjadi faktor yang perlu diperhatikan investor dalam mengambil keputusan.
Rencana Belanja Negara untuk 2026 dan Dampaknya pada Pasar
Pemerintah dan DPR telah menyetujui Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEMPPKF) untuk 2026, dengan belanja negara diperkirakan mencapai Rp3.800 triliun. Kenaikan anggaran ini dapat mendukung optimisme terhadap pasar, meskipun tantangan eksternal seperti ketegangan dagang dan kebijakan The Fed masih memberikan tekanan.
Kebijakan The Fed dan Ketidakpastian Ekonomi Global
Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menyampaikan bahwa kebijakan suku bunga dan arah ekonomi Amerika Serikat sangat bergantung pada data ekonomi yang masuk. Dengan inflasi yang mulai mereda dan pasar tenaga kerja yang kuat, kebijakan The Fed akan menjadi faktor penting yang mempengaruhi pergerakan IHSG, terutama jika ada perubahan signifikan di tingkat global.
Baca Juga : Inovasi Teknologi Modern Perpustakaan: Transformasi Akses Buku Masa Kini
Kesepakatan Perdagangan AS-Indonesia dan Ketegangan Dagang Global
Pada sisi lain, Indonesia dan AS telah menyepakati kerangka perjanjian dagang, dengan tarif impor barang Indonesia ditetapkan pada 19%. Perjanjian ini dapat membuka peluang bagi pasar Indonesia, meskipun ketegangan dagang dengan Uni Eropa masih menjadi ancaman. Pergerakan ini dapat memberikan volatilitas yang lebih besar terhadap IHSG, tergantung pada perkembangan selanjutnya.
Penulis : Tamtia Gusti Riana