Pro-Kontra Penggunaan Sound Horeg: Fenomena Hiburan atau Gangguan Pendengaran?

Pro-Kontra Penggunaan Sound Horeg: Fenomena Hiburan atau Gangguan Pendengaran?

Fenomena Sound Horeg di Jawa Timur: Hiburan atau Gangguan?

Fenomena penggunaan sound system berdaya tinggi yang dikenal dengan istilah sound horeg terus menjadi perdebatan hangat di Jawa Timur. Sebagian masyarakat mendukungnya sebagai bagian dari hiburan, sementara yang lain menganggapnya sebagai gangguan yang meresahkan. Dalam beberapa tahun terakhir, pro-kontra tentang penggunaan sound horeg semakin memanas, bahkan melibatkan tokoh politik dan lembaga agama. Lalu, bagaimana sebenarnya fenomena ini memengaruhi masyarakat?

Baca juga:Gregoria Mariska Tunjung Menang atas Wakil Jepang, Kaoru Sugiyama di China Open 2025

Sound Horeg: Hiburan atau Gangguan?

Pada malam Jumat (18/7/2025), Lapangan Desa Pidek di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, dipenuhi ribuan pengunjung yang menikmati kemeriahan acara check-sound yang diselenggarakan sebelum perayaan Tahun Baru Islam 1447 H. Meskipun disebut check-sound, suasana malam itu sudah terasa seperti pasar malam dengan deretan truk berisi sound system besar yang menggelegar, mengundang ribuan orang untuk hadir.

Bagi penggemar musik dengan dentuman keras seperti Irul (28), acara seperti ini merupakan hiburan yang sangat dinanti. Ia dan keluarganya rela menempuh perjalanan jauh untuk menikmati suara sound horeg yang memberikan sensasi tersendiri. Menurutnya, selama tidak merugikan orang lain, hiburan ini tidak masalah.

Namun, tidak semua orang merasa senang dengan suara bising tersebut. Di beberapa lokasi, terutama di pemukiman padat, sound horeg menyebabkan gangguan, seperti getaran yang merusak genteng rumah atau meretakkan tembok. Hal ini menimbulkan keresahan di kalangan warga yang merasa terganggu oleh suara bising, terutama pada malam hari.

Larangan Penggunaan Sound Horeg oleh Lembaga Agama dan Pemerintah

Isu penggunaan sound horeg mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Pada awal Juli 2025, Pondok Pesantren Besuk di Pasuruan mengeluarkan larangan terhadap penggunaan sound horeg karena dianggap meresahkan masyarakat. Keputusan ini diambil setelah forum bahtsul masail yang dihadiri oleh kiai dan santri pondok pesantren tersebut.

Tidak lama setelah itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur juga mengeluarkan fatwa yang mengharamkan penggunaan sound horeg dalam kondisi tertentu. MUI menyatakan bahwa penggunaan sound horeg dengan intensitas suara yang berlebihan hingga mengganggu ketertiban umum dan membahayakan kesehatan adalah haram. Bahkan, battle sound atau kompetisi sound yang menimbulkan kebisingan berlebihan dianggap membuang-buang harta dan merugikan masyarakat.

Larangan Pemerintah Kota Malang Terkait Sound Horeg

Pemerintah Kota Malang, bersama dengan Polresta Malang Kota, turut mengeluarkan larangan penggunaan sound horeg. Larangan ini diberlakukan setelah terjadinya kericuhan di Mulyorejo, Sukun, yang dipicu oleh protes warga terhadap suara bising dari sound horeg. Insiden ini berujung pada pengeroyokan seorang warga yang merasa terganggu dengan suara keras tersebut.

Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, menegaskan bahwa meskipun sudah ada peraturan daerah tentang ketertiban umum, peraturan terkait sound horeg akan diperjelas melalui surat edaran wali kota (SE) untuk menanggulangi potensi gangguan yang lebih besar.

Kesehatan Telinga: Batas Suara yang Aman

Menanggapi pro-kontra terkait sound horeg, Sekretaris Malang Sound Community, Yzofland Nivola alias Ipang, menjelaskan pentingnya membedakan antara musik biasa dengan sound horeg. Sound horeg yang memiliki volume suara tinggi, terutama dengan fokus pada frekuensi bass, dapat melebihi ambang batas yang ditoleransi oleh telinga manusia.

Menurut standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suara yang aman untuk telinga manusia berkisar antara 60-80 desibel (dB). Ketika suara melebihi batas ini, dapat menyebabkan gangguan pendengaran, bahkan kerusakan permanen pada telinga. Oleh karena itu, meskipun sound horeg bisa menjadi hiburan bagi sebagian orang, penting untuk mematuhi batasan suara yang sehat demi menjaga kesehatan pendengaran masyarakat.

Baca juga:Teknologi Modern di Perpustakaan: Membawa Akses Buku ke Ujung Jari

Kesimpulan: Antara Hiburan dan Ketertiban Umum

Fenomena sound horeg jelas menunjukkan adanya pro-kontra antara mereka yang menikmati hiburan ini dan mereka yang merasa terganggu. Di satu sisi, sound horeg menjadi salah satu bentuk hiburan yang sangat dinantikan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah yang jarang mengadakan acara hiburan besar. Di sisi lain, suara bising yang ditimbulkan dapat merusak kenyamanan dan ketertiban umum, serta berisiko membahayakan kesehatan pendengaran.

Dalam menghadapi fenomena ini, diperlukan kesadaran bersama untuk menggunakan sound horeg secara bijak, dengan memperhatikan kepentingan dan kenyamanan orang lain, serta mematuhi peraturan yang ada demi terciptanya lingkungan yang harmonis dan sehat bagi semua pihak.

Penulis: Emi Kurniasih.

More From Author

Jadwal BWF China Open 2025 Hari Ini (23 Juli) & Link Streaming

Sony RX1R III: Mengapa Sony Menyembunyikan Kamera Ini dari Influencer?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories