Belum Ada Kesepakatan Final Antara Garuda dan Boeing
Rencana PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk mengakuisisi 50 unit pesawat Boeing 777 dari produsen Amerika Serikat masih belum menemui titik final. Prosesnya masih berada dalam tahapan negosiasi antar perusahaan atau business to business (B2B), tanpa ada perjanjian resmi yang ditandatangani sejauh ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa pembahasan antara kedua pihak masih terus berjalan. “Saat ini masih dalam tahap pembicaraan teknis dan belum mengikat. Jadi kita masih menunggu perkembangan lebih lanjut,” ujar Airlangga dalam sebuah konferensi pers.
baca juga : Penerbit Bersiap Menghadapi “Google Zero” yang Mengancam Pendapatan Mereka
Apa Alasan Kesepakatan Belum Ditandatangani?
Meskipun pihak Garuda sudah menyatakan minat kuat untuk membeli pesawat tersebut, kesepakatan belum bisa dilanjutkan ke tahap akhir karena masih berada di level perencanaan. Menurut Airlangga, Garuda hanya menandatangani dokumen perencanaan awal yang belum bersifat final. “Belum deal, masih sebatas DP saja,” katanya.
Presiden Prabowo sebelumnya menyatakan bahwa rencana ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat posisi Garuda Indonesia sebagai maskapai kebanggaan nasional. Dalam pernyataan persnya, Presiden menekankan bahwa pembaruan armada sangat penting agar Garuda bisa bersaing di panggung internasional.
Apa Saja Isi Kesepakatan Dagang Indonesia-AS?
Selain rencana pembelian Boeing 777, Indonesia dan Amerika Serikat telah menjalin kerja sama dagang yang lebih luas. Salah satu isi perjanjiannya adalah komitmen pembelian energi senilai 15 miliar dolar AS dan produk pertanian senilai 4,5 miliar dolar AS.
Kesepakatan tersebut dikemas dalam konteks penguatan hubungan bilateral antara kedua negara. Pembelian pesawat Garuda menjadi salah satu elemen simbolik dari komitmen dagang ini, meskipun belum ada kontrak final yang ditandatangani.
Apakah Boeing 777 Tepat untuk Garuda?
Namun, rencana pengadaan pesawat Boeing 777 ini tidak luput dari sorotan kritis berbagai pihak. Salah satu yang bersuara adalah ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin. Ia menilai bahwa tipe Boeing 777 merupakan model pesawat berbadan lebar (wide-body) yang lebih cocok untuk penerbangan jarak jauh.
“Garuda justru lebih memerlukan pesawat narrow-body seperti Boeing 737 yang lebih efisien untuk rute domestik,” ungkap Wijayanto. Ia juga mengingatkan bahwa pengoperasian pesawat besar seperti Boeing 777 di rute-rute dalam negeri bisa memicu kerugian karena jumlah penumpang yang tidak sebanding dengan kapasitas pesawat.
Lebih lanjut, banyak bandara di Indonesia belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk melayani pesawat berbadan besar seperti Boeing 777, yang memerlukan landasan pacu dan fasilitas ground handling khusus.
baca juga : Pahami Foreign Key dengan Cara Paling Mudah Ini!
Berapa Nilai Total Pembelian?
Dari sisi finansial, harga satu unit Boeing 777 diperkirakan mencapai sekitar 330 juta dolar AS. Jika dikalikan 50 unit, nilai total pengadaan bisa melampaui Rp260 triliun, bahkan sebelum diskon atau negosiasi harga lebih lanjut dilakukan.
Nilai yang sangat besar ini menimbulkan kekhawatiran publik mengenai efisiensi dan urgensi dari pembelian tersebut. Oleh karena itu, sejumlah pengamat menyarankan agar keputusan akhir mempertimbangkan rasionalitas bisnis, bukan semata-mata simbol politik atau diplomasi.
penulis : elsandria