Rupiah Dibuka Menguat di Level Rp16.250 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Kamis (24 Juli 2025) mengalami penguatan. Berdasarkan data dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat sebesar 0,21% ke level Rp16.250/US$, melanjutkan tren positif yang tercatat pada perdagangan sebelumnya. Pada Rabu (23 Juli 2025), rupiah juga mencatatkan penguatan sebesar 0,12%, berada di level Rp16.285/US$.
Baca Juga : Istri CEO Astronomer Andy Byron Bersembunyi di Rumah Mewah $2,4 Juta Setelah Suaminya Ketahuan Berselingkuh
Dolar AS Melemah, Menjadi Sentimen Positif bagi Rupiah
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) kembali melemah 0,18% pada penutupan perdagangan Rabu, mencapai level 97,21. Ini menandakan pelemahan dolar AS selama empat hari berturut-turut. Pada pukul 09.00 WIB hari ini, indeks dolar AS masih melemah tipis 0,08%, berada di level 97,13.
Pelemahan dolar AS ini menjadi salah satu faktor utama yang mendukung penguatan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Para pelaku pasar kini lebih fokus pada arah kebijakan perdagangan AS, terutama menjelang tenggat waktu 1 Agustus 2025, ketika AS memberi batas waktu kepada mitra dagangnya untuk mencapai kesepakatan tarif. Jika tidak, mereka berisiko dikenakan tarif tinggi, yang memengaruhi ekspektasi terhadap dolar AS.
Sentimen Positif di Pasar Keuangan Menambah Dukungan Bagi Rupiah
Di sisi lain, adanya minat investor global terhadap aset-aset berisiko seperti mata uang negara berkembang turut memperkuat posisi rupiah. Sentimen risk-on muncul di tengah harapan bahwa ketegangan perdagangan akan mereda atau membuka peluang negosiasi lebih konstruktif, yang berpotensi meningkatkan optimisme pasar.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Menjadi Fokus Pasar
Dalam negeri, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari lembaga internasional turut mempengaruhi sentimen pasar. Asian Development Bank (ADB) mempertahankan outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 5,0% untuk 2025, didorong oleh konsumsi rumah tangga, stimulus fiskal, dan kebijakan pelonggaran suku bunga dari Bank Indonesia.
Baca Juga : Rahasia Software Produktif: Tingkatkan Kinerja Tim Anda 10x Lipat!
Sebaliknya, ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia menjadi 4,8%, akibat dampak dari kebijakan tarif dagang AS yang memengaruhi ekspor dan konsumsi domestik. Kenaikan tarif impor AS menjadi 19% diperkirakan akan membebani permintaan dan menambah risiko terhadap prospek pemulihan ekonomi Indonesia.
Penulis : Tamtia Gusti Riana