Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau dan sekitarnya akan meningkat tajam seiring dengan puncak musim kemarau yang datang lebih awal dibandingkan wilayah lain di Indonesia. BMKG memperkirakan bahwa potensi karhutla akan tetap tinggi hingga awal Agustus.
Baca Juga : Menaker Yassierli: BSU Rp600 Ribu untuk Pekerja Gaji Rp3,5 Juta Hanya Sekali
1. Puncak Musim Kemarau di Riau Terjadi pada Juli
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa puncak musim kemarau di Riau terjadi pada bulan Juli, lebih awal dibandingkan dengan sebagian besar wilayah Indonesia yang mengalami puncak kemarau pada bulan Agustus.
2. Curah Hujan Rendah, Potensi Karhutla Meningkat
Berdasarkan prakiraan iklim BMKG, curah hujan di Riau diprediksi akan sangat rendah antara dasarian III Juli hingga dasarian I Agustus, dengan sebagian besar wilayah diperkirakan mengalami curah hujan di bawah 50 mm, bahkan ada yang kurang dari 20 mm. Curah hujan baru diperkirakan akan meningkat pada dasarian II Agustus.
3. Tantangan Pemadaman dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)
Kekeringan yang terjadi diperparah dengan terbatasnya pertumbuhan awan hujan, yang mengurangi peluang pemadaman melalui operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). BMKG mengandalkan TMC untuk membantu mengatasi kekeringan dan mencegah karhutla yang meluas.
4. Potensi Karhutla di Riau Sangat Tinggi
BMKG menyatakan bahwa potensi kebakaran lahan di Riau sangat tinggi sejak 23 hingga 24 Juli, meskipun sempat menurun sementara pada 25 dan 26 Juli. Namun, potensi kebakaran diprediksi akan kembali meningkat di akhir bulan.
5. Peran Sistem Satelit SiPongi dalam Pemantauan Hotspot
BMKG menekankan pentingnya sistem satelit dalam negeri, seperti SiPongi, yang lebih dapat diandalkan dalam memantau titik panas dan memverifikasi tingkat kepercayaan data secara real-time.
6. Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) di Lahan Gambut Riau
Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, mengungkapkan bahwa saat ini, rata-rata Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) di lahan gambut Riau berada pada kedalaman 1 meter di bawah permukaan. Upaya peningkatan TMAT menjadi salah satu prioritas untuk mengurangi risiko kebakaran.
7. Kolaborasi dan Sinergi Lintas Sektor untuk Mengatasi Karhutla
BMKG juga bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan berbagai pihak terkait lainnya untuk melakukan operasi TMC yang melibatkan pesawat penyemaian awan. BMKG memiliki enam pesawat yang akan dioptimalkan untuk operasi TMC guna menampung air dari 25 hingga 28 Juli.
Baca Juga : Teknologi Modern Perpustakaan: Menyongsong Era Digital dalam Pengelolaan Buku
8. Pentingnya Kewaspadaan dan Kolaborasi Lintas Sektor
BMKG mengimbau agar semua pihak, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat, menjaga kewaspadaan tinggi terhadap potensi karhutla di Riau. Kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan untuk mengantisipasi dan menekan risiko kebakaran hutan dan lahan yang bisa meluas.
Penulis : Tamtia Gusti Riana