Rupiah Ditutup Menguat Tipis, Dolar AS Jadi Rp16.280

Rupiah Ditutup Menguat Tipis, Dolar AS Jadi Rp16.280

Kinerja Rupiah Mulai Stabil di Tengah Tekanan Eksternal

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat tipis pada penutupan perdagangan Senin (21/7). Berdasarkan data pasar spot, rupiah mengakhiri sesi di angka Rp16.280 per dolar AS, sedikit lebih kuat dibandingkan penutupan sebelumnya di kisaran Rp16.290.

Penguatan ini menunjukkan sinyal positif, meskipun masih berada dalam rentang pergerakan yang cenderung terbatas. Analis menilai bahwa pasar saat ini mulai menyesuaikan ekspektasi terhadap arah kebijakan moneter global, terutama dari bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

baca juga : WAN Jadi Solusi Koneksi Antarkota, Ini Penjelasannya!

Faktor Pendorong: Pelemahan Indeks Dolar dan Sentimen Asia

Penguatan tipis rupiah pada hari ini sebagian besar dipengaruhi oleh pelemahan indeks dolar AS yang terjadi di tengah spekulasi pasar bahwa The Fed kemungkinan besar akan menahan suku bunga acuannya dalam beberapa bulan ke depan. Data ekonomi AS yang cenderung moderat juga turut menahan laju penguatan dolar terhadap mata uang global lainnya.

Selain itu, sentimen positif dari pasar Asia, terutama penguatan yuan Tiongkok dan yen Jepang, turut mendukung stabilitas rupiah. Pasar juga merespons positif hasil kinerja neraca perdagangan Indonesia yang masih mencatatkan surplus, meskipun tidak sebesar bulan-bulan sebelumnya.

Respons Pasar Domestik dan Ekspektasi ke Depan

Menurut pengamat pasar keuangan, pelaku pasar domestik kini lebih berhati-hati namun tetap optimis. Aliran modal asing ke pasar obligasi dan saham Indonesia turut membantu menjaga permintaan terhadap rupiah.

“Penguatan ini memang terbatas, namun menandakan bahwa rupiah masih memiliki daya tahan yang baik di tengah gejolak global,” ujar seorang analis senior dari perusahaan sekuritas di Jakarta.

Ia menambahkan, selama Bank Indonesia (BI) tetap konsisten dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan kebijakan fiskal tetap disiplin, rupiah berpotensi mempertahankan level saat ini atau bahkan menguat secara bertahap.

Risiko Masih Mengintai: Inflasi Global dan Harga Komoditas

Meski menguat, risiko terhadap rupiah belum sepenuhnya hilang. Ketidakpastian global, terutama terkait inflasi di negara-negara maju dan ketegangan geopolitik, bisa memicu volatilitas dalam waktu singkat.

Selain itu, harga minyak mentah dunia yang masih tinggi juga menjadi tekanan tersendiri bagi negara importir seperti Indonesia. Jika harga energi naik signifikan, maka beban impor akan meningkat dan berpotensi melemahkan neraca transaksi berjalan.

baca juga : Universitas Teknokrat Indonesia Kembali Dipercaya Kementerian Komdigi Sertifikasi Kompetensi VSGA 2025

Bank Indonesia Tetap Waspada

Bank Indonesia terus memantau dinamika global dan domestik dengan cermat. Melalui kombinasi intervensi di pasar valas, penguatan cadangan devisa, dan kebijakan suku bunga, BI berupaya menjaga kestabilan kurs di tengah ketidakpastian global.

Sebagai catatan, sejak awal tahun 2025, rupiah sempat mengalami tekanan berat hingga menyentuh level Rp16.400 per dolar AS, namun perlahan mulai pulih seiring membaiknya sentimen investor terhadap pasar berkembang.

penulis : Bagas Reyhan N.

More From Author

Barcelona Tidak Lagi Kejar Luis Diaz Setelah Datangkan Marcus Rashford

Barcelona Tidak Lagi Kejar Luis Diaz Setelah Datangkan Marcus Rashford

Marcus Rashford: Barcelona Menjadi Rumah Kedua Baginya

Marcus Rashford: Barcelona Menjadi Rumah Kedua Baginya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories