Figma, platform desain kolaboratif yang populer, menghadapi sejumlah tantangan penting dalam perjalanannya menuju penawaran saham perdana (IPO). Meskipun pertumbuhan pengguna dan popularitasnya kuat, proses menuju perusahaan publik tidaklah mudah dan mendapat sorotan besar. Berikut adalah tantangan utama yang kemungkinan akan dihadapi Figma:
1. Tekanan Valuasi di Tengah Ketidakpastian Pasar
- Ekspektasi Tinggi Pasca Kesepakatan dengan Adobe: Figma pernah dinilai sebesar $20 miliar dalam rencana akuisisi oleh Adobe yang akhirnya dibatalkan. Menyamai atau melampaui valuasi itu di pasar publik akan sulit, terutama di tengah kondisi pasar teknologi yang belum pulih sepenuhnya sejak 2022.
- Skeptisisme Investor: Investor pasar publik cenderung lebih konservatif dibandingkan investor swasta, terutama setelah pandemi, di mana profitabilitas kini lebih penting dibandingkan sekadar pertumbuhan.
2. Pertumbuhan Pendapatan vs Tantangan Profitabilitas
- Pengawasan terhadap Laju Pembakaran Dana: Sebagai perusahaan SaaS yang masih berkembang, Figma mungkin memiliki biaya operasional tinggi, terutama untuk riset dan pengembangan serta akuisisi pengguna. Investor IPO akan menilai seberapa cepat Figma dapat mencapai profitabilitas—atau setidaknya arus kas positif.
- Tekanan dari Perbandingan dengan Kompetitor: Performa keuangan Figma akan dibandingkan dengan perusahaan publik lain seperti Adobe, Canva, dan Atlassian.
baca juga : Kenali Komponen Penting dalam Jaringan LAN
3. Risiko Jenuh Pasar dan Perluasan Produk
- Tantangan Ekspansi Pasar: Meskipun Figma unggul dalam kolaborasi desain UI/UX, pertumbuhan di masa depan mungkin bergantung pada kemampuan mereka untuk berkembang ke bidang lain seperti papan tulis digital (contoh: FigJam) atau sistem desain perusahaan.
- Risiko Peniruan Fitur: Adobe dan pesaing lain bisa saja meniru fitur-fitur inti Figma, yang dapat mengganggu loyalitas pengguna dan diferensiasi produk.
4. Pengawasan Regulasi dan Antitrust
- Pengawasan Pasca Gagalnya Akuisisi oleh Adobe: Regulator di AS dan Inggris menolak akuisisi Figma oleh Adobe dengan alasan antitrust. Hal ini membuat Figma mendapat perhatian lebih dalam hal regulasi, khususnya terkait privasi data dan dominasi pasar.
- Tinjauan Proses IPO oleh Regulator: Dalam proses IPO, Figma harus melalui pemeriksaan ketat dari SEC (otoritas pasar modal AS), termasuk pengungkapan risiko, audit keuangan, dan penilaian tata kelola perusahaan.
5. Lanskap Persaingan yang Ketat
- Dominasi Adobe yang Berlanjut: Meskipun akuisisi gagal, Adobe tetap menjadi pesaing kuat dengan sumber daya dan jangkauan pasar yang jauh lebih besar.
- Persaingan dari Canva dan Notion: Platform lain yang juga merambah fitur desain dan kolaborasi bisa perlahan-lahan menggerus basis pengguna Figma atau membatasi ekspansinya ke pasar enterprise.
6. Kesiapan Internal dan Tata Kelola
- Skalabilitas Operasional: Menjadi perusahaan publik membutuhkan sistem keuangan yang matang, kepatuhan hukum, dan fungsi hubungan investor yang solid.
- Pengawasan terhadap Kepemimpinan: Pendiri dan tim eksekutif akan menghadapi tekanan publik serta pemegang saham, terutama terkait performa kuartalan dan realisasi visi jangka panjang.
baca juga : Universitas Teknokrat Indonesia Kembali Dipercaya Kementerian Komdigi Sertifikasi Kompetensi VSGA 2025
7. Waktu dan Jendela IPO
- Lesunya Pasar IPO Teknologi: Sejak awal 2022, pasar IPO—khususnya untuk perusahaan teknologi yang belum untung—mengalami kelesuan. Investor bersikap lebih hati-hati.
- Risiko Timing: Terlalu lama menunggu bisa membuat minat pasar merosot. Sebaliknya, jika terlalu cepat, Figma bisa menghadapi kondisi pasar yang belum kondusif.
penuis : Bagas Reyhan N.