Kamboja telah menyerukan gencatan senjata “segera” dengan Thailand setelah lebih dari 30 orang tewas, termasuk warga sipil, dalam bentrokan yang berlangsung di perbatasan kedua negara. Konflik yang semakin memanas ini telah menyebabkan ribuan orang mengungsi dari rumah mereka.
Baca Juga : Keuchik Blang Beururu Bantah Beri Izin Pembukaan Lahan di Hutan
Korban Tewas Terus Bertambah di Kedua Sisi
Sejak bentrokan dimulai, lebih dari 30 orang telah tewas, termasuk tentara dan warga sipil dari kedua negara. Kamboja melaporkan 13 orang tewas, termasuk delapan warga sipil dan lima tentara. Sementara itu, Thailand melaporkan 19 orang tewas, terdiri dari 13 warga sipil dan enam tentara.
Lebih dari 200.000 orang telah mengungsi, baik di Thailand maupun di Kamboja, dengan banyak desa yang kini kosong akibat pertempuran. Di Thailand, sekitar 140.000 orang telah dievakuasi dari daerah-daerah perbatasan yang terimbas.
Kamboja Serukan Gencatan Senjata Tanpa Syarat
Duta Besar Kamboja untuk PBB, Chhea Keo, menyatakan bahwa negaranya meminta gencatan senjata “tanpa syarat” dan menekankan pentingnya solusi damai untuk menyelesaikan perselisihan ini. Namun, hingga saat ini, Thailand belum memberikan tanggapan publik mengenai permintaan tersebut dan menolak adanya mediasi pihak ketiga dalam konflik ini.
Ketegangan Semakin Memuncak
Menurut militer Thailand, serangan terbaru terjadi di wilayah selatan dekat pantai, yang diduga dilakukan oleh militer Kamboja. Serangan ini dapat digagalkan oleh angkatan laut Thailand. Sebelumnya, Thailand juga melaporkan pertempuran yang terjadi di provinsi Surin, Ubon Ratchathani, dan Srisaket, yang terletak di sepanjang perbatasan dengan Kamboja.
Kamboja dan Thailand Saling Menuduh
Thailand menuduh militer Kamboja menggunakan roket yang menyerang wilayah sipil, sementara Kamboja menuduh Thailand menggunakan munisi cluster, yang telah dilarang di banyak negara karena dampaknya yang tidak dapat dibedakan terhadap populasi sipil. Thailand belum memberikan respons terhadap tuduhan ini.
Peringatan Perdana Menteri Thailand Mengenai Potensi Perang
Perdana Menteri Thailand sementara, Phumtham Wechayachai, mengingatkan pada hari Jumat bahwa bentrokan ini bisa “berkembang menuju perang” jika tidak segera dihentikan. Ia mengatakan bahwa pertempuran ini telah melibatkan senjata berat dan telah menyebar ke 12 lokasi sepanjang perbatasan.
Respons Dunia Internasional
Meskipun Thailand menolak mediasi pihak ketiga, beberapa pemimpin dunia menyerukan agar kedua negara segera menghentikan pertempuran. Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang juga menjabat sebagai Ketua ASEAN, sebelumnya menawarkan diri untuk memfasilitasi pembicaraan antara kedua negara. Pemerintah Amerika Serikat juga mengeluarkan pernyataan yang mendesak untuk “menghentikan permusuhan segera, melindungi warga sipil, dan menyelesaikan konflik secara damai.”
Latar Belakang Perselisihan Perbatasan Thailand-Kamboja
Konflik antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama lebih dari seratus tahun, berawal dari penentuan batas perbatasan setelah masa penjajahan Prancis di Kamboja. Kedua negara telah mengalami bentrokan sporadis selama bertahun-tahun, yang menyebabkan korban tewas di kedua belah pihak.
Baca Juga : Software Wajib Punya untuk Freelancer: Kerja Cerdas, Hasil Dahsyat!
Ketegangan terbaru meningkat pada bulan Mei setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam sebuah bentrokan, yang menandai titik terendah dalam hubungan bilateral kedua negara dalam lebih dari satu dekade.
Penulis : Tamtia Gusti Riana