Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja kembali memanas dan menelan korban jiwa. Hingga Sabtu (26/7/2025), dilaporkan setidaknya 13 warga Kamboja dan 20 warga Thailand tewas dalam serangkaian serangan yang terjadi di perbatasan kedua negara. Ketegangan yang terus berlangsung tentu menyisakan pertanyaan besar: siapa yang sebenarnya lebih unggul dalam hal kekuatan militer antara Thailand dan Kamboja?
Baca juga: Infinix Hot 60 5G Resmi Rilis: Layar 120Hz dan Koneksi 5G dengan Harga Terjangkau
Mari kita telusuri dan bandingkan kekuatan militer kedua negara dari berbagai aspek.
Jumlah Personel Militer Aktif: Thailand Lebih Unggul
Jika kita bicara jumlah personel militer aktif, Thailand jelas lebih unggul secara kuantitas. Data Global Firepower menyebutkan bahwa:
- Thailand memiliki sekitar 360.000 personel militer aktif, belum termasuk cadangan dan paramiliter.
- Kamboja, di sisi lain, hanya memiliki sekitar 125.000 personel militer aktif, dengan kapasitas cadangan yang terbatas.
Dari segi jumlah pasukan, Thailand unggul hampir tiga kali lipat. Ini membuat negara Gajah Putih itu punya daya tahan tempur lebih lama dalam konflik skala besar, serta kapasitas logistik yang lebih siap.
Alutsista: Siapa Punya Senjata Lebih Modern?
Urusan alutsista alias alat utama sistem senjata juga menjadi pembeda utama dalam konflik ini. Thailand telah banyak berinvestasi dalam modernisasi militer, membeli berbagai senjata dari Amerika Serikat, Tiongkok, hingga Eropa.
Berikut gambaran perbandingan alutsista utama:
Jenis Alutsista | Thailand | Kamboja |
---|---|---|
Tank tempur utama | ± 280 unit (Leopard, T-84, dll) | ± 50 unit (T-55, Type 59) |
Pesawat tempur | ± 80 unit (F-16, Gripen) | ± 15 unit (MiG-21, L-39) |
Helikopter tempur | ± 30 unit (Black Hawk, Mi-17) | ± 5 unit |
Kapal perang | ± 80 unit (frigat, korvet) | ± 15 unit |
Modernisasi alutsista Thailand membuat militernya lebih siap untuk pertempuran konvensional. Kamboja masih banyak bergantung pada sistem lama era Soviet dan donasi senjata bekas.
Anggaran Pertahanan: Thailand Lebih Serius
Dalam satu dekade terakhir, Thailand secara konsisten mengalokasikan anggaran pertahanan yang cukup besar. Pada tahun 2025 ini, Thailand diperkirakan menggelontorkan sekitar USD 7 miliar untuk pertahanan.
Kamboja, di sisi lain, memiliki keterbatasan anggaran, dengan estimasi dana pertahanan sekitar USD 600 juta per tahun — jauh lebih kecil.
Kecilnya anggaran militer Kamboja membuat kemampuan modernisasi, perawatan senjata, dan pelatihan pasukannya terbatas. Dalam konflik yang berlarut-larut, perbedaan anggaran ini bisa menjadi penentu.
Kekuatan di Medan: Faktor Geografi dan Moril
Meski unggul di atas kertas, Thailand tetap menghadapi tantangan tersendiri di lapangan. Wilayah konflik yang berbukit dan berhutan di perbatasan seringkali menjadi keunggulan bagi pasukan Kamboja yang lebih terbiasa dengan medan lokal dan pertempuran gerilya.
Kamboja dikenal memiliki unit-unit kecil yang lihai dalam mobilitas tinggi dan penyergapan. Faktor nasionalisme juga mendorong moril tempur mereka tetap tinggi meski dengan peralatan terbatas.
Dukungan Internasional: Siapa Didukung Siapa?
Dari sisi geopolitik, baik Thailand maupun Kamboja memiliki hubungan dengan negara-negara besar. Thailand adalah sekutu lama Amerika Serikat, meskipun hubungan itu kadang pasang surut.
Kamboja belakangan ini lebih dekat ke Tiongkok, yang memberi banyak dukungan ekonomi dan bantuan militer. Jika konflik ini memanas hingga melibatkan aktor eksternal, maka bisa saja muncul dinamika baru di kawasan ASEAN yang lebih luas.
Kesimpulan: Thailand Unggul, Tapi Kamboja Tak Bisa Diremehkan
Secara teknis dan logistik, Thailand jauh lebih unggul dalam kekuatan militer dibanding Kamboja. Mereka memiliki personel lebih banyak, senjata lebih canggih, serta anggaran lebih besar.
Namun, Kamboja tetap memiliki potensi untuk menyulitkan Thailand, terutama dengan strategi gerilya dan penguasaan medan tempur di perbatasan. Bila perang terus berkepanjangan, keduanya bisa sama-sama rugi, baik secara ekonomi, sosial, maupun geopolitik.
Baca juga: Pengcab KKI Bandar Lampung Pimpinan Mahathir Muhammad Dikukuhkan
Untuk itu, tekanan internasional agar kedua negara menghentikan konflik dan kembali ke meja perundingan semakin penting. Apalagi dengan keterlibatan aktor besar seperti Amerika Serikat, peluang menuju damai tetap terbuka — selama masing-masing pihak masih mau menahan ego dan mementingkan stabilitas kawasan.
Penulis : Eka sri indah lestary