Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mencatat aktivitas positif di pasar modal Tanah Air. Hingga pertengahan tahun ini, BEI menyebut terdapat lima perusahaan yang saat ini tengah dalam proses pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO). Yang menarik, dari kelima perusahaan tersebut, empat di antaranya merupakan perusahaan dengan aset besar, atau di atas Rp250 miliar.
Langkah perusahaan-perusahaan ini menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia masih menjadi sarana utama bagi pelaku usaha berskala besar untuk menghimpun dana dan memperluas ekspansi bisnis. Satu perusahaan lainnya masuk dalam kategori aset menengah, dengan kisaran nilai Rp50–250 miliar. Sementara tidak ada perusahaan dari kategori aset kecil yang sedang dalam antrean pencatatan saham.
baca juga : 5 Tips Sukses Install Linux Mint Pertama Kali
Sektor Industri yang Mendominasi Pipeline IPO
Kelima perusahaan yang tengah dalam proses pencatatan berasal dari beragam sektor industri. Berdasarkan data BEI, sektor bahan baku (basic materials) mendominasi pipeline dengan dua perusahaan. Kemudian disusul oleh masing-masing satu perusahaan dari sektor energi, keuangan, dan transportasi & logistik.
Dominasi sektor bahan baku mencerminkan tingginya minat perusahaan-perusahaan industri untuk memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pendanaan. Sementara itu, sektor teknologi dan properti tampaknya belum banyak mewarnai daftar pipeline IPO tahun ini. Hal ini menandakan tren berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya ketika sektor teknologi sempat mendominasi pencatatan saham.
Seberapa Besar Dana yang Sudah Dihimpun?
Sampai dengan 25 Juli 2025, BEI mencatat sudah ada 22 perusahaan yang resmi melantai di bursa, dengan total dana IPO yang berhasil dihimpun mencapai Rp10,39 triliun. Jumlah ini mencerminkan respons positif investor terhadap saham-saham baru dan menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia masih sangat aktif, baik dari sisi penawaran saham baru maupun dari antusiasme investor terhadap instrumen saham perdana.
Tak hanya itu, BEI juga mencatat bahwa terdapat 10 perusahaan yang telah melakukan aksi rights issue (penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu) dengan nilai mencapai Rp16,53 triliun. Empat perusahaan lainnya kini tengah dalam proses untuk melakukan aksi serupa. Ini menambah semaraknya aktivitas korporasi di pasar modal sepanjang 2025.
Bagaimana dengan Pasar Obligasi Korporasi?
Tak kalah aktif, pasar obligasi juga menunjukkan geliat yang cukup signifikan. Tercatat hingga saat ini, ada 113 emisi efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) dari 65 penerbit dengan total dana terkumpul mencapai Rp129,2 triliun. Ini membuktikan bahwa perusahaan tidak hanya mengandalkan IPO, tetapi juga memperkuat struktur keuangan melalui penerbitan surat utang.
BEI juga menyampaikan bahwa pipeline pasar obligasi masih diisi oleh beberapa calon penerbit, termasuk dari sektor energi dan bahan baku. Aktivitas ini menunjukkan keberlanjutan upaya pendanaan perusahaan melalui berbagai instrumen pasar modal yang tersedia.
Mengapa Perusahaan Aset Besar Lebih Banyak yang IPO?
Ada beberapa faktor mengapa perusahaan dengan aset besar lebih dominan dalam pipeline IPO saat ini:
- Kesiapan Finansial
Perusahaan besar umumnya sudah memiliki struktur keuangan yang lebih stabil dan matang untuk masuk ke pasar modal. - Skalabilitas Usaha
Aset besar menunjukkan skala usaha yang lebih luas, sehingga investor cenderung lebih tertarik terhadap potensi pertumbuhan jangka panjangnya. - Kebutuhan Pendanaan Besar
Perusahaan besar membutuhkan pendanaan dalam jumlah besar untuk ekspansi, diversifikasi produk, atau peningkatan kapasitas produksi.
Apa Dampaknya bagi Investor?
Bagi para investor, kehadiran perusahaan-perusahaan besar dalam pipeline IPO membuka peluang untuk mendapatkan akses pada saham emiten dengan fundamental kuat sejak awal. Apalagi, sektor seperti bahan baku dan energi dikenal tahan terhadap gejolak ekonomi dan memiliki potensi pertumbuhan stabil dalam jangka panjang.
Selain itu, investor juga perlu mencermati informasi prospektus perusahaan, termasuk laporan keuangan, struktur pemegang saham, serta rencana penggunaan dana hasil IPO. Hal ini penting untuk menilai kelayakan investasi dan risiko yang mungkin timbul di masa depan.
penulis : Bagas Reyhan N.