Nama Jensen Huang, CEO Nvidia, kini dikenal sebagai salah satu orang terkaya di dunia dengan kekayaan lebih dari Rp 2.300 triliun. Tapi siapa sangka, jika ia berusia 22 tahun dan baru lulus kuliah hari ini, Huang mengaku tidak akan memilih jurusan IT atau software.
baca Juga:Dikenal Menenangkan Ini 7 Tanda Kamu Disukai Banyak Orang
Dalam wawancaranya yang dikutip dari CNBC, Huang mengatakan bahwa dirinya justru akan memilih jurusan ilmu fisika (physical science) ketimbang bidang teknologi informasi.
“Untuk Jensen yang muda, 20 tahunan, yang baru lulus sekarang, mungkin dia akan memilih… lebih ke ilmu fisika daripada ilmu perangkat lunak,” ungkapnya.
Kenapa Ilmu Fisika? Ini Alasan Sang Pendiri Nvidia
Ilmu fisika yang dimaksud Huang mencakup cabang seperti fisika, kimia, astronomi, dan ilmu kebumian, berbeda dari ilmu hayati. Menurutnya, jurusan ini akan sangat relevan dalam fase baru perkembangan AI.
Sebagai informasi, Huang sendiri merupakan lulusan teknik elektro dari Oregon State University dan meraih gelar magister dari Stanford University. Bersama dua rekannya, ia mendirikan Nvidia pada 1993 yang kini menjadi raksasa teknologi dengan valuasi mencapai US$ 4 triliun atau sekitar Rp 65.000 triliun.
Evolusi AI: Dari Perception hingga Reasoning dan Menuju Physical AI
Menurut Huang, dunia telah melewati berbagai fase perkembangan AI dalam 15 tahun terakhir. Dimulai dari:
🔹 Perception AI
Era ini ditandai dengan kemunculan AlexNet, model deep learning yang merevolusi pengenalan gambar dan memicu ledakan AI modern.
🔹 Generative AI
Fase ini memungkinkan AI untuk memahami data dan menghasilkan teks, gambar, kode, suara, dan lainnya — seperti ChatGPT, DALL·E, dan teknologi sejenis.
🔹 Reasoning AI
Kini, AI memasuki fase di mana ia dapat memahami konteks, menyelesaikan masalah, dan mengenali pola yang belum pernah ia pelajari sebelumnya.
“AI kini bisa bernalar dan mengenali situasi yang tidak pernah ia lihat. Kita menyebutnya Reasoning AI,” jelas Huang.
Menuju Era Baru: Physical AI dan Robotika
Huang mengungkapkan bahwa fase AI selanjutnya jauh lebih kompleks, yakni fase Physical AI, di mana AI harus memahami konsep dunia nyata seperti:
- Gesekan
- Inersia
- Gaya dorong
- Sebab dan akibat
Contohnya, AI harus bisa memahami bahwa benda tetap ada meski tidak terlihat, atau menghitung tenaga yang pas untuk mengangkat objek tanpa merusaknya.
Saat kemampuan ini diterapkan ke perangkat nyata, kita akan masuk ke dunia robotika, yaitu robot cerdas yang bisa berpikir dan bertindak layaknya manusia.
baca Juga:Pengcab KKI Bandar Lampung Pimpinan Mahathir Muhammad Dikukuhkan
Robotika Akan Jadi Kunci Masa Depan Industri Global
Huang memprediksi bahwa dalam 10 tahun ke depan, robotika akan memainkan peran utama dalam membangun pabrik-pabrik generasi baru.
“Semoga dalam satu dekade ke depan, robot bisa mengisi kekurangan tenaga kerja global dan membantu efisiensi industri,” ujarnya.
Maka dari itu, ilmu fisika dan bidang terkait akan menjadi fondasi penting bagi generasi baru AI dan teknologi masa depan.
penulis:Dafa Aditya.f