Timnas putri Inggris—or Lionesses—telah membuktikan diri sebagai skuad terbaik dalam sejarah negeri itu. Gelar Piala Eropa Putri 2025 menjadi bukti kuat bahwa sepak bola modern kini benar-benar pulang ke “rumahnya”.
baca juga:Kapal Berukuran Besar Disiapkan untuk Atasi Kemacetan Parah di Pelabuhan Ketapang
Gelar Eropa Kedua Berturut-turut Jadi Penegasan UK sebagai Salah Satu Tim Terkuat
Lionesses sukses mempertahankan trofi Euro setelah menaklukkan Spanyol melalui adu penalti 3‑1, setelah bermain imbang 1‑1 dalam 120 menit. Prestasi ini menjadikan Inggris sebagai negara ketiga yang menjuarai Euro wanita secara beruntun, setelah Jerman dan Norwegia.
Ini juga kali pertama tim nasional Inggris, baik putra maupun putri, menjuarai turnamen besar di luar negeri. Kesuksesan ini semakin mengokohkan posisi Inggris di peta sepak bola Eropa.
Siapa Pahlawan Lapangan: Hampton, Kelly, dan Russo Tampil Cemerlang
- Hannah Hampton, pengganti Mary Earps, tampil luar biasa di final dengan menyelamatkan dua penalti penting, termasuk dari Aitana Bonmatí dan Mariona Caldentey. Ia juga menjadi pemain terbaik laga tersebut menurut panel UEFA. menit ke‑57, menyamakan skor menjadi 1‑1 sebelum babak tambahan.
- Chloe Kelly menjadi pemenang dalam drama adu penalti. Tendangan penalti kemenangannya kembali mengukuhkan statusnya sebagai inspirasi kemenangan bagi tim.
Lionesses menunjukkan mental baja dengan memenangkan semua pertandingan babak gugur melalui extra time atau adu penalti, termasuk perempat final melawan Swedia dan semifinal lawan Italia.
Siapa Pelatih di Balik Prestasi Ini?
Sarina Wiegman kembali mengukir sejarah. Ia menjadi pelatih pertama yang memimpin timnya ke lima final turnamen besar secara beruntun (dengan Belanda di Euro 2017 dan Inggris di Euro 2022 & 2025) .
Wiegman menyebut turnamen ini sebagai “paling kacau” yang pernah ia alami, namun ia tetap memuji kekompakan tim yang mampu tetap tenang di tengah tekanan tinggi.
Kenapa Inggris Bisa Disebut Skuad Terbaik Sepanjang Masa?
Apa yang membuat mereka unik?
- Dua gelar mayor berturut‑turut di tempat netral: Inggris menjadi satu-satunya tim nasional yang menyabet dua gelar besar di luar kandang.
- Mental juara dan kemampuan comeback: Mereka sempat tertinggal di tiga laga knockout berturut-turut tapi selalu berhasil membalikkan keadaan dan menang.
- Inovasi dari pemain muda: Penampilan gemilang Michelle Agyemang, yang mencetak gol penting nan dramatis dari bangku cadangan, membuatnya dinobatkan sebagai Young Player of the Tournament pada usia 19 tahun.
- Liga pemain berpengalaman: Pemain seperti Lucy Bronze tetap tampil meski bermain dengan cedera serius, menunjukkan profesionalisme dan dedikasi tinggi.
baca juga:Dosen Tetap FTIK Universitas Teknokrat Indonesia Raih Gelar Doktor dari UGM
Apa Dampak Kemenangan Ini bagi Sepak Bola Wanita Inggris?
Kemenangan ini dipuji secara luas oleh tokoh-tokoh penting Inggris, mulai dari Raja Charles hingga tokoh politik nasional. Mereka menyebut aksi tim seperti pengembalian “kejayaan sepak bola modern ke rumahnya”.
Julukan seperti “Queens of Europe” atau “LionYESes” bahkan muncul di berbagai media Inggris, menandai simbol kebangkitan dan keberhasilan tim putri nasional
Penulis: Dena Triana