CEO Nvidia, Jensen Huang, membuat pernyataan mengejutkan. Ia mengatakan bahwa jika dirinya masih berusia 20-an dan baru lulus kuliah, ia tidak akan memilih jurusan Teknologi Informasi (IT). Sebaliknya, Huang justru menyarankan untuk memilih jurusan ilmu fisika.
baca Juga:Atap Datar Bikin Rumah Makin Stylish dan Terlihat Modern
Dalam wawancara dengan CNBC, Huang menjelaskan bahwa perkembangan teknologi saat ini menuju arah yang lebih kompleks dari sekadar software. “Kalau saya muda lagi dan baru lulus, saya lebih memilih ilmu fisika dibanding ilmu perangkat lunak,” ujar Huang.
Latar Belakang Huang dan Kesuksesan Nvidia
Jensen Huang merupakan lulusan teknik elektro dari Oregon State University dan meraih gelar master dari Stanford University. Pada tahun 1993, bersama dua rekannya, ia mendirikan Nvidia, perusahaan teknologi yang kini dikenal luas sebagai produsen chip AI terkemuka di dunia.
Di bawah kepemimpinan Huang, Nvidia berkembang pesat dan mencetak sejarah sebagai perusahaan pertama di dunia yang mencapai kapitalisasi pasar US$4 triliun atau sekitar Rp64.884 triliun.
Fase Perkembangan AI Menurut Jensen Huang
Huang menjabarkan bahwa dunia saat ini sedang melalui berbagai fase dalam perkembangan kecerdasan buatan (AI):
1. Perception AI
Fase awal kecerdasan buatan dimulai sekitar 12–14 tahun lalu, ditandai dengan peluncuran AlexNet, sebuah model deep learning yang merevolusi pengenalan gambar.
2. Generative AI
Fase berikutnya adalah AI Generatif, yaitu teknologi yang mampu memahami informasi dan menghasilkan konten baru dalam bentuk teks, gambar, kode, dan lainnya.
3. Reasoning AI
Saat ini, dunia tengah memasuki fase Reasoning AI, di mana AI tidak hanya memahami dan menciptakan, tapi juga mampu bernalar, memecahkan masalah, dan mengenali situasi yang belum pernah ditemui.
Dari fase ini lahir konsep Agentic AI, yakni AI dengan kemampuan berpikir dan bekerja layaknya manusia digital.
Masa Depan AI: Era Physical AI dan Robotika
Menurut Huang, gelombang AI selanjutnya adalah ‘Physical AI’. Fase ini akan mengintegrasikan AI dengan pemahaman terhadap hukum-hukum fisika seperti gesekan, kelembaman, dan sebab-akibat.
Kemampuan ini akan memungkinkan AI untuk:
- Memprediksi arah gerakan benda (contoh: bola yang menggelinding)
- Memahami kekuatan optimal untuk menggenggam suatu objek tanpa merusaknya
- Menyimpulkan posisi objek tersembunyi, seperti keberadaan pejalan kaki di balik kendaraan
Jika AI dengan kemampuan fisik ini dimasukkan ke dalam bentuk fisik seperti robot, maka muncullah era baru robotika pintar yang dapat membantu mengatasi kekurangan tenaga kerja global.
penulis:Dafa Aditya.f