Kudatuli Jadi Simbol Perlawanan PDI-P terhadap Rezim Orde Baru
Kerusuhan 27 Juli 1996 atau dikenal sebagai Kudatuli kembali diperingati oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan melawan kekuasaan otoriter di masa Orde Baru. Dalam momen ini, PDI-P menilai tekanan politik serupa masih terjadi hingga saat ini.
Baca juga: Sinopsis Captain Phillips: Aksi Menegangkan Tom Hanks Lawan Perompak Somalia
Vonis Hasto Kristiyanto Disebut Sebagai Bentuk Intimidasi Baru
PDI-P menyoroti kasus hukum yang menimpa Sekretaris Jenderal partai, Hasto Kristiyanto, sebagai bentuk intimidasi terhadap partai. Dalam peringatan yang digelar pada Minggu (27/7/2025), mereka menyampaikan bahwa vonis bersalah terhadap Hasto adalah sinyal bahwa tekanan terhadap kekuatan demokratis belum berakhir.
Ratusan Kader Hadiri Peringatan di Kantor DPP PDI-P
Lebih dari 100 kader dan simpatisan PDI-P hadir dalam peringatan yang digelar di kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Jakarta. Momen tersebut menjadi refleksi terhadap sejarah kelam partai serta upaya mereka menjaga nilai-nilai demokrasi yang diperjuangkan sejak masa reformasi.
Baca juga: Strategi Konten Viral untuk Tingkatkan Penjualan Cepat
Kudatuli, Luka Sejarah dan Titik Balik Perjuangan
Kudatuli terjadi akibat konflik internal di tubuh PDI pada masa itu, antara kubu Megawati Soekarnoputri dan kubu Soerjadi. Kerusuhan yang pecah di kantor DPP PDI saat itu menelan korban jiwa dan luka-luka: 5 orang meninggal dunia, 149 orang mengalami luka-luka, dan 23 orang dinyatakan hilang. Tragedi ini menjadi salah satu pemicu lahirnya gerakan reformasi di Indonesia.
Penulis: Nazwatun nurul inayah