Krisis di OpenAI: Banyak Talenta Beralih ke Meta, Apa yang Terjadi?

OpenAI, perusahaan yang dikenal dengan layanan AI ChatGPT, kini menghadapi tantangan besar setelah sejumlah talenta terbaiknya memilih bergabung dengan Meta. Meta, yang memiliki ambisi besar untuk mendominasi teknologi kecerdasan buatan (AI), menawarkan gaji dan bonus menggiurkan untuk menarik peneliti AI dari pesaing, termasuk OpenAI.

Baca juga: Wajib Belajar 13 Tahun Mulai TK: Anak Indonesia Wajib Menempuh Pendidikan di TK Selama 1 Tahun

Meta Merekrut Co-Creator ChatGPT, Shengjia Zhao, untuk Pimpin Superintelligence Lab

Salah satu langkah besar Meta adalah menunjuk Shengjia Zhao, salah satu co-creator ChatGPT, sebagai Kepala Ilmuwan di Superintelligence Lab. Langkah ini diumumkan langsung oleh CEO Meta, Mark Zuckerberg. Zhao, yang sebelumnya merupakan ilmuwan peneliti di OpenAI, bergabung dengan Meta bersama sejumlah peneliti terkemuka lainnya dalam beberapa minggu terakhir.

“Shengjia akan menetapkan agenda penelitian dan arah ilmiah untuk laboratorium baru kami yang bekerja langsung dengan saya dan Alex,” tulis Zuckerberg dalam unggahan di Threads.

Meta Fokus Bangun Kecerdasan Umum Buatan (AGI)

Zuckerberg dan timnya berfokus pada pengembangan kecerdasan umum buatan (AGI), dengan ambisi besar untuk membuatnya sebagai sumber terbuka. Inisiatif ini melalui Superintelligence Lab yang juga bertujuan untuk mengkonsolidasikan pekerjaan pada model AI Llama. Langkah ini mendapat sambutan positif, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan komunitas AI terkait dampak jangka panjangnya.

Superintelligence Lab beroperasi terpisah dari divisi penelitian AI Meta yang lebih lama, FAIR, yang dipimpin oleh Yann LeCun, pelopor dalam pembelajaran mendalam (deep learning). Dengan Zhao sebagai bagian dari pendiri laboratorium ini, Meta berharap dapat menutup kesenjangan dalam pengembangan AI tingkat lanjut.

Persaingan Ketat Antar Perusahaan AI: Meta Berani Tawarkan Gaji Jumbo

Meta agresif merekrut talenta AI dari berbagai perusahaan pesaing, termasuk OpenAI. Dalam beberapa minggu terakhir, sudah ada tujuh pegawai OpenAI yang bergabung dengan Meta, termasuk Zhao, Jiahui Yu, Shuchao Bi, dan Hongyu Ren. Bahkan, ada laporan yang menyebutkan bahwa Meta menawarkan paket gaji yang sangat menggiurkan, hingga mencapai US$100 juta (sekitar Rp 1,6 triliun) bagi pekerja AI.

Selain itu, Meta juga telah merekrut sejumlah pegawai dari kantor OpenAI yang berbasis di Swiss, termasuk Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai. Langkah agresif ini menunjukkan bahwa Meta ingin mengejar ketertinggalan dan memimpin dalam pengembangan teknologi AI.

Baca juga: Muhammad Abdullah Azzam Siswa SMA Al Kautsar Lolos Program Pelajar Lampung di Parlemen

Ambisi Meta untuk Memimpin di Dunia AI

Dengan sejumlah peneliti terkemuka yang bergabung, Meta berusaha untuk mengonsolidasikan kekuatannya di sektor AI. Mark Zuckerberg sendiri terlibat langsung dalam proses perekrutan, bahkan menghubungi kandidat-kandidat yang diinginkan untuk bergabung dengan perusahaan. Ini menjadi bukti bahwa Meta tidak hanya fokus pada ekspansi perusahaan, tetapi juga pada kualitas tim yang mereka bentuk untuk memenangkan persaingan dalam pengembangan teknologi AI.

Persaingan dalam dunia kecerdasan buatan semakin ketat, dengan Meta yang kini menjadi pesaing utama OpenAI dalam merekrut talenta terbaik. Melalui Superintelligence Lab dan tawaran gaji yang menggiurkan, Meta menunjukkan keseriusannya dalam mendominasi dunia AI. Dengan bergabungnya para ilmuwan terkemuka seperti Shengjia Zhao, Meta berharap dapat mencapai ambisi jangka panjangnya untuk menciptakan kecerdasan umum buatan yang revolusioner.

Penulis: Fiska Anggraini

More From Author

Harga Keranjang Konsumsi di Bulgaria Turun, Gara‑Gara Menurunnya Harga Musiman

Harga Keranjang Konsumsi di Bulgaria Turun, Gara‑Gara Menurunnya Harga Musiman

Pemkab Bogor Bantu KLH Evaluasi KSO PTPN di Kawasan Puncak untuk Kelestarian Lingkungan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories