Siapa bilang dunia bisnis itu rumit dan penuh angka-angka yang bikin pusing? Ternyata, ada loh konsep “senjata rahasia” yang bisa bikin keuntungan perusahaan meroket, namanya leverage keuangan. Kalau diibaratkan, leverage ini kayak tuas yang bikin kita bisa mengangkat beban berat dengan usaha lebih ringan. Dalam bisnis, tuasnya itu adalah utang, dan bebannya adalah potensi keuntungan yang lebih besar. Menarik, kan? Nah, buat kamu yang pengen bisnisnya makin cuan, yuk kita bedah bareng soal leverage keuangan ini, lengkap dengan contoh biar makin paham.
Dalam dunia keuangan, leverage sering diartikan sebagai penggunaan aset atau dana yang dibiayai oleh pihak ketiga, biasanya utang, untuk meningkatkan potensi keuntungan dari investasi atau operasi bisnis. Intinya, daripada pakai modal sendiri 100%, kita pinjam dana tambahan. Kenapa? Tujuannya biar profit yang dihasilkan dari dana pinjaman itu bisa lebih besar daripada biaya bunganya, sehingga sisa keuntungannya jadi milik kita. Tapi, jangan salah, leverage ini bagai pedang bermata dua. Kalau bisnisnya lagi jaya, keuntungan bisa berlipat ganda. Sebaliknya, kalau lagi seret, utang bisa jadi bumerang yang bikin bangkrut.
Apa Sih Untungnya Pakai Utang buat Bisnis?
Menggunakan utang untuk bisnis, atau yang sering disebut leverage keuangan, memang punya potensi keuntungan yang menggiurkan. Salah satu yang paling utama adalah kemampuan untuk memperbesar skala operasi atau investasi tanpa harus mengeluarkan modal pribadi yang terlalu besar. Bayangkan, jika Anda punya ide bisnis brilian tapi modal pribadi terbatas, leverage memungkinkan Anda untuk mendapatkan dana tambahan dari bank atau lembaga keuangan lain. Dana ini kemudian bisa digunakan untuk membeli mesin baru yang lebih canggih, memperluas jangkauan pemasaran, atau bahkan mengakuisisi perusahaan lain. Jika investasi ini berhasil mendatangkan keuntungan lebih besar dari biaya bunga pinjaman, maka selisih keuntungan tersebut akan menjadi milik pemegang saham. Ini yang disebut dengan peningkatan laba per saham (earnings per share/EPS).
Selain itu, leverage juga bisa menjadi strategi yang efektif untuk melindungi modal sendiri. Ketika perusahaan menggunakan utang, sebagian dari risiko operasional ditanggung oleh pemberi pinjaman. Jika terjadi kerugian, kerugian tersebut akan mengurangi nilai aset perusahaan terlebih dahulu sebelum memengaruhi modal pemilik. Ini memberikan bantalan bagi pemilik bisnis. Namun, penting untuk diingat, penggunaan leverage yang berlebihan dapat meningkatkan risiko keuangan secara signifikan. Jika perusahaan tidak mampu membayar bunga atau pokok pinjaman, dampaknya bisa sangat merugikan, bahkan bisa menyebabkan kebangkrutan.
Gimana Cara Menghitung Seberapa Besar Utang yang Pas?
Menghitung seberapa besar utang yang “pas” untuk bisnis adalah kunci agar leverage membawa keberkahan, bukan malapetaka. Ada beberapa rasio keuangan yang bisa kita gunakan sebagai patokan. Salah satu yang paling umum adalah Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt-to-Equity Ratio/DER). Rasio ini membandingkan total kewajiban (utang) perusahaan dengan total ekuitas (modal sendiri). Rumusnya sederhana: DER = Total Utang / Total Ekuitas. Semakin tinggi angka DER, berarti perusahaan semakin banyak menggunakan utang dibandingkan modal sendiri. Nah, angka yang dianggap ideal itu bervariasi tergantung industri, tapi umumnya DER di bawah 1 atau 2 dianggap relatif aman.
Selain DER, ada juga Rasio Utang terhadap Aset (Debt-to-Asset Ratio/DAR). Rumusnya adalah DAR = Total Utang / Total Aset. Rasio ini menunjukkan seberapa besar proporsi aset perusahaan yang dibiayai oleh utang. Semakin rendah angka DAR, semakin baik karena artinya lebih banyak aset yang dibiayai oleh modal sendiri. Menggunakan kedua rasio ini secara bersamaan akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai tingkat leverage keuangan perusahaan. Penting untuk terus memantau rasio-rasio ini dan menyesuaikannya seiring pertumbuhan bisnis dan perubahan kondisi pasar.
Contoh Soal Biar Makin Jelas, Dong!
Biar konsep leverage keuangan ini makin nempel di kepala, yuk kita coba pakai contoh soal yang sederhana. Misalkan ada dua perusahaan, Perusahaan A dan Perusahaan B, yang bergerak di bidang yang sama dan punya aset total Rp 1.000.000.000.
Perusahaan A (Leverage Rendah):
- Modal Sendiri (Ekuitas): Rp 800.000.000
- Utang: Rp 200.000.000
- Bunga Utang per Tahun: 10%
- Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT): Rp 200.000.000
Perusahaan B (Leverage Tinggi):
- Modal Sendiri (Ekuitas): Rp 200.000.000
- Utang: Rp 800.000.000
- Bunga Utang per Tahun: 10%
- Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT): Rp 200.000.000
Sekarang, mari kita hitung laba bersih (setelah bunga dan pajak, kita asumsikan pajak 25% untuk menyederhanakan):
Perusahaan A:
- Bunga Utang: Rp 200.000.000 x 10% = Rp 20.000.000
- Laba Sebelum Pajak: Rp 200.000.000 (EBIT) – Rp 20.000.000 (Bunga) = Rp 180.000.000
- Pajak: Rp 180.000.000 x 25% = Rp 45.000.000
- Laba Bersih: Rp 180.000.000 – Rp 45.000.000 = Rp 135.000.000
- Laba per Saham (jika 100 lembar saham): Rp 135.000.000 / 100 = Rp 1.350.000
Perusahaan B:
- Bunga Utang: Rp 800.000.000 x 10% = Rp 80.000.000
- Laba Sebelum Pajak: Rp 200.000.000 (EBIT) – Rp 80.000.000 (Bunga) = Rp 120.000.000
- Pajak: Rp 120.000.000 x 25% = Rp 30.000.000
- Laba Bersih: Rp 120.000.000 – Rp 30.000.000 = Rp 90.000.000
- Laba per Saham (jika 100 lembar saham): Rp 90.000.000 / 100 = Rp 900.000
Dari contoh ini, terlihat jelas bahwa ketika EBIT sama, Perusahaan A dengan leverage lebih rendah menghasilkan laba bersih dan laba per saham yang lebih tinggi. Ini karena beban bunga yang lebih kecil. Namun, bayangkan jika EBIT turun menjadi Rp 100.000.000. Perusahaan A akan memiliki laba bersih Rp 52.500.000, sedangkan Perusahaan B akan mengalami kerugian setelah bunga sebesar Rp 30.000.000 yang kemudian menjadi kerugian bersih setelah pajak. Ini menunjukkan bagaimana leverage bisa memperbesar keuntungan saat bisnis bagus, tapi juga memperbesar kerugian saat bisnis kurang baik.
Jadi, leverage keuangan itu memang alat yang ampuh untuk mendongkrak keuntungan bisnis. Dengan memahami cara kerjanya, kita bisa lebih cerdas dalam mengambil keputusan. Kuncinya ada pada perhitungan yang matang, analisis risiko yang mendalam, dan tentu saja, kemampuan manajemen untuk memastikan bahwa dana pinjaman yang digunakan benar-benar bisa menghasilkan imbal hasil yang lebih besar daripada biayanya.
Menggunakan leverage secara bijak bukan sekadar soal mengambil utang, tapi lebih kepada strategi cerdas untuk mengembangkan bisnis agar lebih efisien dan menguntungkan. Jangan sampai karena tergiur keuntungan besar, kita jadi lupa diri dan mengambil risiko yang tidak perlu. Tetaplah berhati-hati, analisis setiap langkah, dan pastikan bisnis Anda tumbuh dengan sehat dan berkelanjutan.
Penulis: Dafa Aditiya.F