PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), atau yang dikenal dengan nama Surge, memiliki prospek pertumbuhan yang kuat dalam jangka menengah. Dengan berbagai faktor pendukung, saham perusahaan yang dimiliki oleh Hashim Djojohadikusumo ini sedang diprediksi mengalami kenaikan signifikan. Lantas, apa yang mendasari target harga saham WIFI yang sangat tinggi? Berikut ulasan lengkapnya.
Baca Juga : Video – Tentara IDF Dibongkar Menjadi Mata-mata Iran Demi Uang
Prospek Pertumbuhan Laba yang Kuat
Pada kuartal II-2025, WIFI mencatatkan pendapatan sebesar Rp 282 miliar, yang menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 21,7% secara kuartalan (qoq) dan 66,6% secara tahunan (yoy). Pertumbuhan pendapatan ini didorong oleh kinerja sektor telekomunikasi yang sangat kuat, dengan kenaikan 11,9% qoq dan 183,1% yoy. Peluncuran produk ‘Starlite’ dengan kecepatan 200 Mbps dan harga terjangkau Rp 100.000/bulan berperan besar dalam mendongkrak jumlah pelanggan Surge yang mencapai 385 ribu pelanggan hingga saat ini, dengan target 420 ribu pelanggan sepanjang tahun.
Kinerja Segmen Periklanan yang Positif
Selain sektor telekomunikasi, segmen periklanan digital dari WIFI juga menunjukkan hasil yang positif. Pendapatan dari sektor ini mencapai Rp 133 miliar, meningkat 34,3% qoq dan 14,2% yoy. Margin EBITDA perusahaan pada kuartal II-2025 tercatat sebesar 77,4%, mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya yang hanya 63,1%. Margin tinggi ini didorong oleh kinerja cemerlang dari segmen periklanan yang memiliki margin sebesar 82,1%.
Lonjakan Laba Bersih yang Menggembirakan
WIFI juga melaporkan laba bersih yang sangat mengesankan, mencapai Rp 145 miliar pada kuartal II-2025, yang berarti melonjak 76% secara qoq dan 140,3% secara yoy. Laba ini setara dengan 41,7% dari target laba yang diestimasi untuk tahun 2025. Analis dari Samuel Sekuritas Indonesia, Jonathan Guyadi dan Jason Sebastian, memprediksi bahwa pertumbuhan laba ini akan berlanjut pada paruh kedua tahun 2025 berkat pengelolaan belanja modal yang lebih fleksibel dan dukungan dana dari rights issue, obligasi, dan pembiayaan utang.
Dukungan Pendanaan untuk Ekspansi Jaringan
Salah satu faktor yang memperkuat prospek saham WIFI adalah dukungan pendanaan yang besar. WIFI berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 8,5 triliun melalui rights issue dan penerbitan obligasi serta sukuk yang mendapat permintaan lebih tinggi dari yang diharapkan. Selain itu, investasi tunai senilai Rp 1 triliun dari NTT East semakin memperkuat modal perusahaan untuk memperluas basis pelanggan dalam beberapa kuartal mendatang.
Kolaborasi dengan Telkom untuk Memperluas Layanan
WIFI juga memanfaatkan potensi kolaborasi dengan Telkom (TLKM) yang diharapkan akan memperkuat lini bisnis mereka, termasuk dalam layanan fixed wireless access (FWA). Beberapa sinergi yang dijalin antara keduanya mencakup pemanfaatan sumber daya TLKM, manajemen layanan operasi jaringan, serta pengembangan jaringan backbone untuk ekspansi di luar Pulau Jawa. Kemitraan ini diprediksi akan memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan pelanggan dan pengembangan layanan di masa depan.
Revisi Proyeksi Laba dan Target Harga yang Tinggi
Sebagai hasil dari kinerja dan prospek pertumbuhan yang sangat positif, Samuel Sekuritas merevisi proyeksi laba WIFI untuk tahun 2025 dan 2026, serta meningkatkan estimasi untuk tahun 2027 dan 2028 sebesar 4,8% dan 10,2% masing-masing. Dengan prospek laba yang kuat, target harga saham WIFI pun naik signifikan, mencapai Rp 5.200 per saham. Jika dibandingkan dengan harga saham saat ini, potensi kenaikan mencapai 143%.
Baca Juga : Revolusi Software AI: Masa Depan Bisnis Ada di Sini!
Valuasi yang Menarik dan Risiko Utama
Target harga saham WIFI yang tinggi mencerminkan valuasi EV/EBITDA 2026 sebesar 7,6 kali, yang 17% lebih rendah dari rata-rata sektor. Ini menunjukkan bahwa saham WIFI masih terbilang undervalued dan memiliki potensi pertumbuhan yang besar. Namun, risiko utama yang perlu diperhatikan adalah potensi keterlambatan dalam peluncuran layanan yang dapat memengaruhi akuisisi pelanggan.
Penulis : Tamtia Gusti Riana