Ferdinand Marcos Jr. Harap Kesepakatan Perdagangan yang Menguntungkan dengan Trump
Pertemuan Strategis Antara Presiden Filipina dan Presiden AS
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump minggu ini untuk membahas sejumlah isu, dengan harapan Manila bisa mengamankan kesepakatan perdagangan yang lebih menguntungkan sebelum batas waktu 1 Agustus. Pertemuan ini penting karena Marcos menjadi pemimpin Asia Tenggara pertama yang bertemu dengan Trump pada masa jabatan kedua.
Baca juga : Nathalie Holscher Minta Maaf Usai Diduga Parodikan Kehamilan Erika Carlina
Konteks Perdagangan dan Tantangan Tarif
Marcos berharap diskusi dengan Trump dapat mencakup berbagai topik, terutama perdagangan. Filipina berhadapan dengan tarif yang sangat berat dari AS, yang mempengaruhi hubungan perdagangan kedua negara. Amerika Serikat mengalami defisit hampir $5 miliar dengan Filipina dalam perdagangan bilateral tahun lalu, dengan nilai total $23,5 miliar.
Trump telah meningkatkan ancaman tarif terhadap barang-barang Filipina menjadi 20% dari yang sebelumnya 17% pada bulan April. Namun, para ahli percaya bahwa Marcos mungkin dapat mendapatkan kesepakatan yang lebih baik dibandingkan Vietnam dan Indonesia, yang memiliki tarif lebih tinggi.
Fokus Utama Marcos: Kerja Sama Ekonomi dan Pertahanan
Marcos tiba di Washington pada Minggu dan dijadwalkan untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Marco Rubio serta Menteri Pertahanan Pete Hegseth sebelum bertemu Trump di Gedung Putih pada hari Selasa. Dalam kunjungannya, Marcos akan mendiskusikan kekhawatiran Filipina terkait tarif dan fokus pada kerja sama ekonomi yang lebih erat dengan AS.
Memperkuat Aliansi Pertahanan AS-Filipina di Tengah Ketegangan dengan China
Selain perdagangan, Trump dan Marcos juga akan membahas keamanan dan pertahanan, terutama terkait dengan ketegangan di Laut China Selatan. Filipina, yang menghadapi tekanan besar dari China, telah semakin dekat dengan AS dalam beberapa tahun terakhir, memperluas aksesnya ke pangkalan militer Filipina di tengah ancaman terhadap Taiwan.
Dengan perjanjian pertahanan bersama yang telah berlangsung selama lebih dari tujuh dekade, AS dan Filipina mengadakan latihan militer tahunan, yang mencakup pelatihan dengan sistem rudal Typhon dan sistem rudal anti-kapal NMESIS, yang telah memicu kemarahan China.
Pandangan Bersama AS dan Filipina Mengenai China
Poling, seorang pakar Asia Tenggara, mencatat bahwa baik Manila maupun Washington memiliki pandangan yang sangat selaras dalam menghadapi ancaman China. Menariknya, Rubio dan Hegseth memastikan bahwa pejabat Filipina menjadi pejabat Asia Tenggara pertama yang mereka temui setelah pemilihan.
Trump juga tampaknya memiliki kedekatan tertentu terhadap Marcos, berdasarkan percakapan telepon mereka setelah pemilihan.
Penulis : Eka sri indah lestary