Waka MPR Bahas Ketahanan Energi Prabowo dengan Inggris

Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, baru-baru ini menerima kunjungan dari Utusan Khusus Pemerintah Inggris untuk Iklim, Prof. Rachel Kyte. Pertemuan ini menjadi wadah diskusi penting mengenai isu perubahan iklim global dan upaya Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

Dalam pertemuan yang berlangsung hangat, Eddy Soeparno menjelaskan secara rinci mengenai program transisi energi dan ketahanan energi yang sejalan dengan Program Asta Cita Presiden RI. Ia menekankan komitmen Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang ambisius, yaitu 8%, sambil tetap berpegang teguh pada prinsip dekarbonisasi ekonomi.

Prof. Rachel Kyte memberikan apresiasi atas keterlibatan aktif Eddy Soeparno dalam pengembangan pasar karbon di Indonesia. Diskusi juga menyentuh berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia dalam membangun sumber-sumber energi terbarukan yang tersebar di seluruh nusantara, yang tentunya membutuhkan investasi signifikan dalam jaringan transmisi.

Mengapa Transisi Energi di Indonesia Membutuhkan Investasi Besar?

Salah satu poin krusial yang dibahas adalah transisi energi dan percepatan pengembangan energi terbarukan. Eddy Soeparno menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, namun pemanfaatannya masih menghadapi berbagai kendala. Letak geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau menjadi tantangan tersendiri dalam membangun infrastruktur energi yang merata.

Investasi besar diperlukan untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya, tenaga angin, tenaga air, dan sumber energi terbarukan lainnya. Selain itu, jaringan transmisi yang handal juga sangat penting untuk mendistribusikan energi dari sumber-sumber terpencil ke pusat-pusat konsumsi. Tantangan pendanaan yang mencapai hampir 200 miliar dolar AS juga menjadi topik utama dalam diskusi.

Prof. Rachel Kyte menyampaikan kesepakatannya untuk menjalin kerjasama yang lebih erat antara Inggris dan Indonesia dalam rangka mempercepat transisi energi dan mengatasi perubahan iklim. Kerjasama ini akan mencakup pertukaran informasi, pengalaman, dan teknologi, sehingga Indonesia dapat belajar dari pengalaman Inggris dalam melaksanakan transisi energi.

Apa Saja Bentuk Kerjasama yang Akan Dilakukan Inggris dan Indonesia?

Inggris memiliki pengalaman yang cukup panjang dalam transisi energi, terutama dalam pengembangan energi angin. Prof. Rachel Kyte berbagi pengalaman Inggris dalam hal ini, serta perkembangan transisi energi terkini yang semakin mengandalkan energi angin. Pertukaran informasi dan pengalaman ini diharapkan dapat membantu Indonesia dalam merumuskan strategi transisi energi yang lebih efektif dan efisien.

Selain itu, kerjasama teknologi juga menjadi fokus utama. Inggris memiliki teknologi yang canggih dalam bidang energi terbarukan, seperti teknologi penyimpanan energi dan teknologi jaringan pintar. Transfer teknologi ini dapat membantu Indonesia dalam meningkatkan efisiensi dan keandalan sistem energi terbarukan.

Berikut adalah beberapa potensi bidang kerjasama antara Inggris dan Indonesia:

  • Pengembangan energi angin lepas pantai
  • Peningkatan efisiensi energi
  • Pengembangan teknologi penyimpanan energi
  • Pengembangan jaringan pintar
  • Peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang energi terbarukan

Bagaimana Indonesia Mencapai Target Net Zero Emission di Tahun 2060?

Target Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060 merupakan target yang ambisius, namun bukan tidak mungkin untuk dicapai. Eddy Soeparno menjelaskan bahwa Indonesia telah memiliki peta jalan yang jelas untuk mencapai target ini. Peta jalan ini mencakup berbagai langkah strategis, seperti peningkatan penggunaan energi terbarukan, efisiensi energi, pengembangan transportasi berkelanjutan, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan.

Salah satu kunci untuk mencapai target NZE adalah dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Indonesia perlu secara bertahap mengganti pembangkit listrik tenaga batu bara dengan pembangkit listrik tenaga terbarukan. Selain itu, sektor transportasi juga perlu didorong untuk beralih ke kendaraan listrik dan bahan bakar alternatif.

Pengelolaan lahan yang berkelanjutan juga sangat penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas, yang berperan penting dalam menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Oleh karena itu, menjaga kelestarian hutan dan mencegah deforestasi sangat penting untuk mencapai target NZE.

Pertemuan antara Eddy Soeparno dan Prof. Rachel Kyte ini menunjukkan komitmen kuat dari Indonesia dan Inggris untuk bekerja sama dalam mengatasi perubahan iklim. Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mencapai target NZE Indonesia dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

More From Author

Komdigi Janji Ungkap Detail soal World App dan Worldcoin Besok

Mau Jadi Ahli Mesin? Kenalan Yuk Sama Jurusan Teknik Pemesinan SMK!

Mau Jadi Ahli Mesin? Kenalan Yuk Sama Jurusan Teknik Pemesinan SMK!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *