Dua mantan pemain Timnas Indonesia asal Papua, Yanto Basna dan Ronny Beroperay, membuktikan bahwa pendidikan sama pentingnya dengan karier di lapangan hijau. Keduanya kini tak hanya dikenal sebagai pesepak bola profesional, tetapi juga sebagai akademisi yang berkontribusi bagi dunia pendidikan di Papua.

Yanto Basna, yang memiliki gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dan Magister Pendidikan (M.Pd) dari Universitas Negeri Yogyakarta, menceritakan bagaimana ia mendapatkan kesempatan emas untuk mengikuti Garuda Academy. Program ini menjadi angin segar baginya, karena kesempatan seperti ini jarang didapatkan oleh seorang atlet.

“Sebagai atlet, mendapatkan program seperti ini sangat jarang,” ungkap Yanto Basna. “Jadi, ketika ada kesempatan, saya pikir ini sangat baik untuk masa depan saya. Banyak program di dalamnya, seperti dunia sepak bola dan bagaimana menjalankan roda organisasi di klub.”

Apa itu Garuda Academy dan mengapa penting bagi pesepak bola?

Garuda Academy adalah program PSSI yang bertujuan untuk memberikan pendidikan dan pengembangan manajemen sepak bola. Program ini menjaring peserta terbaik untuk mengikuti pendidikan jenjang magister di bidang manajemen olahraga di Eropa dan Amerika Serikat. Lulusan Garuda Academy juga berpeluang menjadi wakil Indonesia di FIFA Master.

Bagi Yanto Basna, tawaran ini terlalu bagus untuk dilewatkan. Setelah mempelajari programnya, ia yakin bahwa ini akan memberikan dampak positif bagi kariernya di masa depan. Sepanjang kariernya, Yanto Basna telah membela berbagai klub ternama, termasuk Mitra Kukar, Persib Bandung, Sriwijaya FC, dan beberapa klub di Thailand.

Selain aktif sebagai pemain sepak bola, Yanto Basna juga tercatat memiliki 14 caps bersama Timnas Indonesia, bahkan pernah menjadi kapten tim Garuda pada tahun 2019.

Bagaimana dengan Ronny Beroperay? Apa latar belakang pendidikannya?

Ronny Beroperay juga memiliki latar belakang pendidikan yang mengesankan. Ia adalah sarjana Fisika dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Cendrawasih, Papua, dan meraih gelar magister Fisiologi Olahraga dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali.

Ronny Beroperay mengakui bahwa program seperti Garuda Academy adalah hal baru baginya sebagai atlet profesional yang masih aktif. Ia merasa memiliki pengalaman praktis di lapangan, tetapi masih membutuhkan pemahaman teori yang lebih mendalam.

“Bagi saya, ini hal baru sebagai atlet profesional yang masih aktif. Kami secara praktik mempunyai pengalaman di lapangan, tetapi untuk teori kami masih kurang,” kata Ronny.

Apa kontribusi nyata yang bisa diberikan oleh pesepak bola berpendidikan?

Baik Yanto Basna maupun Ronny Beroperay memiliki visi yang sama, yaitu ingin mengembangkan sepak bola Indonesia, tidak hanya di daerah asal mereka, tetapi juga di tingkat nasional. Mereka percaya bahwa dengan bekal pendidikan yang mereka miliki, mereka dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi kemajuan sepak bola Indonesia.

“Kami bisa kembangkan itu tidak hanya di daerah, tetapi juga bisa membantu negara,” jelas Ronny. Selain aktif di dunia sepak bola, Ronny juga pernah memperkuat beberapa klub seperti Persiram Raja Ampat, Barito Putera, PSM Makassar, dan Persikabo 1973. Ia juga beberapa kali mendapatkan kesempatan untuk membela Timnas Indonesia U-23.

Kisah Yanto Basna dan Ronny Beroperay ini menjadi inspirasi bagi para atlet muda Indonesia untuk tidak melupakan pentingnya pendidikan. Keduanya membuktikan bahwa pendidikan dan karier di dunia olahraga dapat berjalan beriringan dan saling melengkapi.

Selain menjadi pemain sepak bola profesional, keduanya kini juga aktif sebagai dosen di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Cendrawasih, Papua. Hal ini menunjukkan komitmen mereka untuk memajukan dunia pendidikan di Papua dan mencetak generasi penerus yang berkualitas.