Pada Kamis (24/7/2025), Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah diguncang oleh gempa bumi tektonik berkekuatan M5,7 yang terjadi pada pukul 20.06 WIB. Awalnya, BMKG mencatat gempa dengan magnitudo M6,0, namun setelah dilakukan pemutakhiran, magnitudo resmi diperbarui menjadi M5,7. Episenter gempa terletak di darat, pada koordinat 2,01° LS dan 120,78° BT, dengan kedalaman 10 km. Gempa ini dipicu oleh aktivitas sesar aktif di Zona Sesar Poso, yang memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip). Berdasarkan analisis BMKG, gempa ini tidak berpotensi tsunami.
Baca juga : Peneliti ORNL mencari blok penyusun atom untuk komputer kuantum
Guncangan gempa dirasakan cukup kuat di wilayah sekitar pusat gempa, memicu kepanikan di sejumlah titik, termasuk di RSUD Poso dan RS Sinar Kasih Tentena, di mana pasien dan keluarga sempat dievakuasi keluar bangunan. Getaran gempa juga terasa luas, memengaruhi setidaknya lima kecamatan terdampak, yaitu Kecamatan Pamona Tenggara, Pamona Selatan, Pamona Barat, Pamona Puselemba, dan Pamona Timur. Banyak masyarakat yang memilih bertahan di luar rumah untuk menghindari risiko gempa susulan.
Laporan sementara dari BNPB mencatat satu rumah roboh di sekitar pusat gempa, serta tiga rumah mengalami kerusakan ringan di Desa Tokilo dan Tindoli (Kecamatan Pamona Tenggara), serta Desa Pendolo (Kecamatan Pamona Selatan). Meskipun hingga saat ini tidak ada laporan korban jiwa, proses pendataan masih berlangsung, namun terhambat oleh pemadaman listrik dan gangguan jaringan komunikasi di beberapa wilayah.
BMKG juga melaporkan adanya 11 kali gempa susulan hingga pukul 20.40 WIB, dengan kekuatan terbesar M5,5 dan terkecil M2,4.
Sebagai respons cepat, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Poso telah diterjunkan ke lokasi terdampak, khususnya di sekitar Danau Poso yang dekat dengan episenter gempa. Tim tersebut melakukan assessment awal, verifikasi dampak kerusakan, dan pengumpulan data di lapangan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat agar tetap tenang namun waspada. Warga diharapkan tidak panik dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang belum terverifikasi, terutama yang beredar di media sosial.
Masyarakat juga diimbau untuk tidak memasuki bangunan yang mengalami keretakan atau kerusakan struktural akibat gempa sampai bangunan tersebut dinyatakan aman oleh petugas berwenang. Jika terjadi gempa susulan, warga diminta untuk segera menjauh dari struktur tinggi seperti tembok, tiang, dan bangunan tua yang rawan runtuh. Dalam kondisi pemadaman listrik, masyarakat diimbau untuk menggunakan alat penerangan dan komunikasi secara bijak, serta memprioritaskan informasi penting dan darurat.
Penulis : Dina eka anggraini