Puma Menghadapi Penurunan Penjualan dan Kerugian Pada Kuartal Kedua 2025
Puma, produsen pakaian olahraga terbesar kedua di Jerman, memperingatkan bahwa mereka akan mengalami kerugian tahunan setelah penurunan penjualan dan dampak dari tarif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat.
Baca Juga : BEI Suspensi Saham DCII Lagi, Usai Tembus Harga Rp346.725 per Lembar
Pada laporan yang dirilis Kamis malam, perusahaan mengungkapkan bahwa penjualan kuartal kedua mereka turun 2 persen dibandingkan tahun lalu, menjadi €1,9 miliar dalam mata uang konstan. Akibatnya, mereka mencatatkan kerugian bersih sebesar €246,6 juta. Sebelumnya, para analis mengharapkan pendapatan sekitar €2,1 miliar dan laba bersih sebesar €7 juta.
Faktor Penyebab Kerugian: Dampak Tarif dan Kinerja Brand yang Lemah
Puma menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja buruk ini, termasuk “kurangnya momentum brand”, kinerja grosir yang lemah, dan dampak dari tarif AS yang menyebabkan tingkat persediaan yang tinggi. Hal ini terus memengaruhi margin laba perusahaan.
Proyeksi Kerugian Operasional di Tahun 2025
Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, Puma mengharapkan mengalami kerugian operasional tahunan, membatalkan proyeksi sebelumnya yang mengharapkan laba operasional minimal €445 juta sebelum bunga dan pajak. Perusahaan juga menurunkan proyeksi pendapatannya menjadi penurunan dua digit persen, berbeda dengan prediksi sebelumnya yang menunjukkan pertumbuhan satu digit.
Kinerja Buruk dan Dampak Pada Saham Puma
Saham Puma turun hampir 45 persen dalam setahun terakhir, terutama karena perusahaan kehilangan kesempatan untuk mengikuti tren sepatu retro yang menguntungkan bagi pesaing utamanya, Adidas.
Harapan Baru: Speedcat untuk Meningkatkan Penjualan
Puma kini mengandalkan Speedcat, sepatu kasual bertema lintasan balap yang terinspirasi dari arsip perusahaan, untuk menghidupkan kembali penjualannya.
Perubahan Kepemimpinan dan Langkah Perusahaan ke Depan
Performa buruk Puma pada bulan April menyebabkan pemecatan CEO Arne Freundt hanya dua setengah tahun setelah ia diangkat. Ia digantikan oleh Arthur Hoeld, mantan eksekutif Adidas.
Salah satu langkah pertama Hoeld adalah memperbarui kemitraan kit Puma dengan Manchester City, dalam salah satu kesepakatan sponsor terbesar di Liga Premier Inggris.
Penurunan Penjualan di AS dan Negara Lain
Penjualan Puma di AS turun 9 persen pada periode tiga bulan yang berakhir pada 30 Juni, sementara di Eropa dan China masing-masing mengalami penurunan 4 persen.
Puma menyebutkan bahwa pergerakan mata uang yang tidak menguntungkan semakin memperburuk penurunan pendapatan.
Baca Juga : IoT untuk Bisnis: Mengapa Perusahaan Harus Mulai Mengadopsinya
Langkah-langkah Perusahaan untuk Mengatasi Tantangan
Sebagai respons terhadap situasi ini, Puma mengatakan bahwa mereka telah melakukan beberapa langkah strategis, termasuk “optimalisasi rantai pasokan”, penyesuaian harga, dan kolaborasi yang lebih erat dengan mitra ritel.
Penulis : Tamtia Gusti Riana