Lonjakan 40% Dorong Indonesia Jadi Pasar Ritel Terbesar di Asia Tenggara
Jumlah investor pasar modal di Indonesia terus mencetak rekor baru. Per Juni 2025, total investor pasar modal Indonesia telah menembus angka 17 juta, meningkat sekitar 40% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan capaian ini, Indonesia menjadi negara dengan jumlah investor terbanyak di kawasan ASEAN, melampaui negara-negara seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Data ini dirilis oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan dikonfirmasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam laporan pertengahan tahun.
baca juga : WAN untuk UMKM: Investasi Cerdas di Dunia Digital
Didominasi Investor Ritel Muda dan Digital Native
Mayoritas investor baru berasal dari kalangan generasi muda (usia 18–35 tahun) yang memanfaatkan kemudahan akses investasi melalui aplikasi digital. Investasi saham, reksa dana, dan surat utang negara kini semakin diminati karena rendahnya biaya transaksi dan peningkatan literasi keuangan di masyarakat.
“Digitalisasi dan edukasi yang masif sangat membantu. Kini, investasi bukan lagi milik kalangan elit,” ujar perwakilan OJK.
Faktor pendukung lainnya adalah penetrasi internet, aplikasi sekuritas berbasis ponsel, dan tren financial influencer di media sosial.
Saham Masih Jadi Primadona
Dari total investor yang tercatat, sebagian besar memilih saham sebagai instrumen utama investasi, disusul oleh reksa dana dan obligasi. Hal ini menunjukkan adanya perubahan minat dari tabungan konvensional ke aset berisiko tinggi seiring meningkatnya pemahaman investor terhadap potensi keuntungan jangka panjang.
Sektor teknologi, energi, dan konsumsi menjadi sektor yang paling banyak diburu investor ritel, terutama emiten-emiten yang aktif di media sosial atau sering menjadi perbincangan publik.
Dukungan Pemerintah dan Regulator
Lonjakan jumlah investor ini tak lepas dari peran aktif pemerintah dan regulator dalam mendorong inklusi keuangan. Program seperti Gerakan Cinta Pasar Modal, Sekolah Pasar Modal, dan investasi SBN retail dinilai efektif menjaring minat masyarakat umum.
Selain itu, kehadiran instrumen baru seperti ETF Syariah dan Obligasi Hijau (Green Bond) turut memperkaya pilihan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai generasi muda.
Tantangan: Literasi, Perlindungan Investor, dan Spekulasi
Meskipun jumlahnya meningkat pesat, tantangan besar tetap ada, terutama dalam hal:
- Literasi keuangan yang belum merata
- Perlindungan terhadap investor pemula
- Risiko spekulasi jangka pendek akibat tren media sosial
OJK dan BEI terus mengimbau agar masyarakat berinvestasi dengan pengetahuan, bukan karena FOMO (fear of missing out). Edukasi keuangan tetap menjadi prioritas utama agar pertumbuhan kuantitas sejalan dengan kualitas.
penulis : Bagas Reyhan N.