Tingkat Keparahan Karhutla di Riau dan Upaya Pemadaman
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengingatkan pemerintah Provinsi Riau untuk mewaspadai risiko tinggi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), mengingat curah hujan yang sangat rendah di wilayah tersebut. Pada 23-24 Juli 2025, Riau mencatatkan 135 titik panas, yang sebagian besar tersebar di Kabupaten Pelalawan dan Rokan Hilir. BMKG memprediksi kebakaran akan meningkat hingga akhir Juli, memperburuk ancaman karhutla.
Baca juga: Isu Pajak Amplop Kondangan: Anggota DPR Sebut Kabarnya Tragis
Curah Hujan Rendah dan Kondisi Atmosfer yang Menantang
Kondisi atmosfer yang sangat kering dengan kelembapan rendah dan angin kencang semakin memperburuk penyebaran api. Ditambah dengan lahan gambut yang sangat rentan terbakar, Dwikorita memperingatkan bahwa ancaman kebakaran dapat semakin besar jika tidak segera ditangani dengan baik.
Dukungan Pemerintah dan Operasi Modifikasi Cuaca
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, turut menyoroti pentingnya penanganan cepat untuk mencegah kebakaran meluas hingga menyebabkan asap yang bisa menjangkau negara lain. Pemerintah provinsi Riau segera menetapkan status tanggap darurat karhutla. Selain itu, BMKG bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mengendalikan titik api yang terus berkembang.
Optimalkan Pemadaman dengan Operasi Modifikasi Cuaca
BMKG terus memperbarui prakiraan cuaca dan menyusun strategi modifikasi cuaca yang tepat untuk menanggulangi kebakaran. OMC bertujuan untuk menampung air hujan di lahan gambut, yang sangat rawan terbakar, guna menjaga kelembapan tanah dan mencegah kebakaran lebih lanjut. BNPB juga telah menyiapkan pesawat penyemaian awan dan helikopter untuk mendukung pemadaman kebakaran di daerah rawan seperti Rokan Hulu dan Rokan Hilir.
Keberhasilan Awal dan Target Pemadaman Karhutla
Sejak dimulai pada 21 Juli 2025, OMC sudah menunjukkan hasil positif, salah satunya hujan dengan intensitas sedang yang turun di Kota Dumai. Namun, upaya penyemaian awan terus dilakukan untuk mencegah kebakaran yang meluas, terutama pada lahan gambut. Selain Riau, program OMC ini juga dilakukan di beberapa provinsi rawan karhutla seperti Kalimantan dan Sumatera Selatan.
Baca juga: Apa Itu Fiber Optik dan Mengapa Anda Membutuhkannya?
Sinergi Antar Lembaga untuk Mengatasi Karhutla
Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk BNPB, BMKG, TNI, Polri, serta masyarakat, diharapkan karhutla di Riau dan provinsi lainnya dapat segera terkendali. Menteri Kehutanan optimistis ancaman karhutla dapat ditangani melalui sinergi lintas lembaga dan implementasi operasi modifikasi cuaca yang efektif.
Penulis: Kayla Maharani