Industri manufaktur Indonesia sedang menghadapi tantangan serius. Kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun dalam satu dekade terakhir. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang efektivitas intervensi pemerintah dalam mendorong pertumbuhan sektor ini.
Seorang Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Telisa Aulia Falianty, menyoroti bahwa intervensi pemerintah yang berlebihan justru dapat melemahkan industri manufaktur. Menurutnya, pemerintah seharusnya fokus menciptakan persaingan usaha yang adil, baik di tingkat domestik maupun global.
Kenapa Industri Manufaktur Semakin Terkikis Kontribusinya Terhadap PDB?
Telisa menjelaskan bahwa ketika ekosistem usaha terganggu, misalnya karena pungutan yang memberatkan, peran industri manufaktur akan semakin berkurang. Industri sebenarnya tidak membutuhkan banyak intervensi, melainkan lingkungan usaha yang kondusif.
Ia mengacu pada teori Laffer Curve yang menekankan pentingnya insentif dan pasar yang berfungsi dengan baik. Intervensi yang berlebihan, menurutnya, dapat menghasilkan kebijakan yang kurang tepat sasaran.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan kontribusi industri pengolahan terhadap PDB. Pada tahun 2014, kontribusinya masih mencapai 21,02%. Ini mengindikasikan adanya penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Dorongan pertumbuhan ekonomi melalui sisi penawaran (supply side) sangat bergantung pada kebebasan industri, terutama industri padat karya, untuk menciptakan ekosistem bisnis yang sehat secara mandiri. Pemerintah perlu menciptakan level playing field yang sehat melalui pemberian insentif yang optimal dan regulasi yang konsisten.
Bagaimana Pemerintah Seharusnya Mendukung Industri Manufaktur?
Telisa menekankan pentingnya kepastian usaha melalui regulasi yang tidak sering berubah. Ketidakpastian sangat tidak disukai oleh dunia usaha. Ia mendukung pemberian insentif yang lebih banyak untuk mendorong pertumbuhan industri.
Kebijakan pemerintah yang mengganggu supply side dapat menghambat kinerja industri. Dunia usaha memiliki algoritma sendiri untuk bertahan, dan kebijakan yang kurang tepat dapat mengganggu proses ini.
Apa Dampak Regulasi yang Sering Berubah Terhadap Dunia Usaha?
Regulasi yang sering berubah menciptakan ketidakpastian, yang sangat dihindari oleh pelaku usaha. Kepastian hukum dan regulasi yang stabil adalah kunci untuk menarik investasi dan mendorong pertumbuhan industri.
Pemerintah perlu fokus pada penciptaan iklim usaha yang nyaman dan kondusif, dengan mengurangi regulasi yang berlebihan. Insentif yang tepat dan persaingan yang adil akan membantu industri manufaktur tumbuh dan berkontribusi lebih besar terhadap PDB.
Secara keseluruhan, industri manufaktur membutuhkan dukungan pemerintah yang tepat, bukan intervensi yang berlebihan. Fokus pada penciptaan lingkungan usaha yang kondusif, regulasi yang stabil, dan insentif yang optimal akan membantu industri ini berkembang dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.